BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia baru pada abad XXI yang kita cita-citakan
adalah sebuah masyarakat terbuka (transparan). Artinya, komunikasi antara
manusia dalam berbagai arena kehidupan akan bebas dari hambatan-hambatan. Dalam
bidang kehidupan sosial politik, arus demokratisasi
dan hak asasi manusia menjadi isu utama yang tidak bisa tidak semua negara di
belahan dunia, termasuk Indonesia, harus siap menerimanya.
Dalam bidang budaya, tampak adanya suatu gelombang besar berupa
munculnya ide budaya global yang melanda seluruh pelosok dunia dengan
kemajuan teknologi komunikasi. Demikian pula dengan semakun murahnya
perhubungan udara, maka komunikasi antar manusia bukan hanya lebih cepat
melainkan menjadi lebih murah. Sehingga pengenalan terhadap budaya dan
bangsa-bangsa lain di dunia merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan.
Dengan adanya dunia tanpa batas (borderless world),
perdagangan bebas, dan dunia yang terbuka, maka umat manusia bisa lebih saling
mengenal kemampuan suatu bangsa, saling mengetahui kekayaan dan kebudayaan
bangsa lain. Maka dengan sendirinya manusia semakin memperoleh pengetahuan yang
lebih banyak dan horizon yang luas.
Berkaitan dengan hal itu, manusia dituntut untuk unggul dalam hasil
karyanya. Hal ini disebabkan oleh masyarakat baru, masyarakat yang terbuka
tadi, yang memberikan berbagai jenis kemungkinan pilihan (alternatif). Maka
dari itu, pemerintah selaku orang yang berwenang dalam hal tersebut, sudah
seharusnya menciptakan program atau sarana yang dapat dijadikan untuk
menciptakan manusia yang unggul. Misalnya, pemerintah telah mencanangkan pendi dikan dasar 9 tahun dan pendidikan
atas selama 3 tahun. Dalam pendidikan atas itulah, seorang murid dilatih dan
dipupuk menjadi manusia yang berguna untuk masa depan.
Namun, untuk saat ini pemilihan sekolah menjadi tantangan
tersendiri bagi pemerintah dan pihak sekolah. Bagaimana strategi agar para
murid yang menjadi obyek ajar bisa menjadi seseorang yang berguna bagi
negaranya. Banyak kesenjangan pendidikan yang terjadi yang hanya gara-gara
kurang tersedianya lapangan pekerjaan bagi mereka.
B.
Rumusan Masalah
Dari penafsiran di atas, pokok permasalahan antara lain:
1.
Bagaimana
Tantangan indonesia di Abad XXI?
2.
Bagaimana
Masyarakat Berpendidikan yang Dicita-citakan?
3.
Bagaimana
Strategi yang Perlu Dikembangkan?
4.
Bagaimana
Pengembangan SMU Swasta Unggulan?
C.
Tujuan Rumusan Masalah
1.
Dapat
menjelaskan bagaimana tantangan Indonesia di abad XXI itu.
2.
Dapat
menjelaskan bagaimana Masyarakat yang Berpendidikan yang Dicita-citakan
3.
Dapat
menjelaskan strategi yang Perlu Dikembangkan
4.
Dapat
menjelaskan Pengembangan SMU Swasta Unggulan
D.
Sumber Data
1.
Dokumentasi
2.
Buku
“Menuju Masyarakat Belajar” Karangan Indra Djati Sidi, Ph.D
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TANTANGAN INDONESIA DIABAD XXI
Di
era Indonesia baru, pendidikan nasional kita setidaknya menghadapi empat
tantangan besar yang kompleks. Tantangan itu antara lain sebagai berikut:[1]
Pertama; tantangan untuk meningkatkan nilai tambah (added value), yaitu
bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas
nasional, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi, sebagai upaya untuk memelihara
dan meningkatkan perkembangan berkelanjutan.
Kedua; tantangan untuk melakukan pengkajian secara komprehensif dan
mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan) struktur masyarakat, dari
masyarakat agraris ke masyarakat modern, menuju masyarakat industri yang
menguasai teknologi dan informasi, yang implikasinya pada tuntutan dan
pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Ketiga; tantangan dalam persaingan global yang semakin ketat. Yaitu
bagaimana meningkatkan daya saing bangsa dalam menghasilkan karya-karya yang
bermutu dan mampu bersaing sebagai hasil penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni (ipteks).
Keempat; munculnya kolonialisme baru di bidang iptek dan ekonomi
menggantikan kolonialisme politik. Dengan demikian kolonialisme kini tidak lagi
berbentuk fisik, melainkan dalam bentuk informasi. Berkembanganya teknologi
informasi dalam bentuk komputer dan internet, sehingga bangsa kita menjadi
bangsa yang tergantung kepada bangsa barat dalam hal teknologi dan informasi.
Inilah bentuk kolonialisme baru yang menjadi semacam viritual enemy yang
telah masuk ke seluruh pelosok di dunia ini.
Semua
tantangan itu menuntut SDM Indonesia, khususnya generasi muda agar meningkatkan
serta memperluas pengetahuan, wawasan keunggulan (baik komparatif maupun
kompetitif), keahliann yang profesional, serta keterampilan dan kualitasnya[2].
B.
MASYARAKAT BERPENDIDIKAN YANG DICITA-CITAKAN
Berdasarkan
posisi serta tantangan seperti diuraikan di atas, bagaimanakah wujud masyarakat
Indonesia baru yang dicita-citakan? Jawabannya tentu saja adalah masyarakat
yang berpendidikan (educated society). Oleh karena itu, setiap lembaga
pendidikan, khususnya dalam menghadapi masa depan harus ditujukan pada
reformasi kelembagaan pendidikan secara total, agar pendidikan nasional kita
memiliki kemampuan untuk melaksanakan peran, fungsi, dan misinya secara
optimal.
Profil
kemampuan pendidikan ini amat diperlukan, sebab manusia Indonesia masa depan
harus memiliki kemampuan untuk berkompetisi, berkomunikasi dan bekerja sama
(bukan hanya sama-sama bekerja) dengan bangsa lain di dunia. Para lulusan
lembaga pendidikan tidak mungkin menutup diri dari tantangan dan tuntutan di
atas. Sebab, bangsa Indonesia tidak dapat memencilkan diri dari pergaulan
masyarakat dunia. Bangsa Indonesia adalah bagian penting dari tatanan
masyarakat dunia itu.
Oleh
karena itu, masyarakat di era Indonesia baru menuntut hasil pendidikan yang
memiliki sifat-sifat berikut ini:
Pertama; kemampuan untuk mengembangkan jaringan kerjasama (networking).
Kerjasama ini semakin diperlukan, sebab manusia tidak lagi hidup terpisah-pisah
tetapi berhubungan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, manusia diabad
XXI adalah manusia yang ahli dalam kerjasama. Dunia perdangangan bebas yang
dimulai tahun 2010 lalu akan semakin lancar manakala ada jalinan kerjasama.
Tanpa jalinan kerjasama yang harmonis dan solid maka perluasan pasar akan
menjadi sulit. Setiap individu dalam masyarakatabad XXI mempunyai peluang untuk
mengembangkan keunggulan spesifiknya. Secara keseluruhan, sumber daya manusia
yang telah dikembangkan kemampuan spesifiknya akan mampu membangun suatu tim
kerja yang solid, yang pada gilirannya dapat menghasilkan produk-produk yang
lebih unggul dan berkualitas.
Kedua; kaitanya dengan prinsip kerjasama tersebut, manusia abad XXI
adalah cinta kepada kualitas yang tinggi. Manusia unggul adalah manusia yang
terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam melaksanakan
sesuatu. Sehingga, kualitas yang dicapai hari ini akan ditingkatkan pada hari
berikutnya, dan seterusnya. Dengan demikian, hasil karya atau produk tersebut
akan terus menerus meningkat kualitasnya, yang pada gilirannya akan mampu
bersaing dengan produk-produk yang lain atau produk-produk bangsa lain[3].
C.
STRATEGI YANG PERLU DIKEMBANGKAN
Dengan
paparan permasalahan di atas, tampaknya perlu dikembangkan sebuah strategi
untuk mengantarkan pendidikan di Indonesia menuju masa depan yang lebih baik,
lebih berkualitas, dan lebih fungsional, baik dari segi lembaga pendidikan itu
sendiri maupun bagi masyarakat, bangsa, negara keseluruhan. Kebijakan (policy)
ini menuntut pengembangan strategi operasional yang memerlukan perangkat
organisasi dan manajemen yang memiliki orientasi serta manajemen yang tidak
tradisional seperti sekarang ini.
Manajemen
yang diharapkan tentu menuntut adanya perubahan paradigma, orientasi,
pendekatan cara berfikir, serta sikap kreatif dan tidak pragmatis dan tambal
sulam tetapi harus secara sistematik, menyeluruh dan mendasar. Stategi-strategi
untuk mencapai cita dan harapan di atas, cara dan langkah berikut ini mungkin
bisa membantu mewujudkannya:
Pertama; melaksanakan inovasi manajemen kelembagaan (institusi) pendidikan
secara sistematik, total, dan mendasar dengan sasaran utamanya adalah perubahan
orientasi, pandangan (visi), cara berfikir, dan pola perilaku nyata atau action
sebagai manifestasi adanya perubahan orientasi dan pandangan serta cara
berfikir tersebut.
Kedua; meningkatkan kualitas akademik yang mencakup kualitas proses
pembelajaran, kualitas penelitian, dan kualitas pengabdian kepada masyarakat.
Dengan strategi ini dihapapkan dapat dikembangkan budaya mutu yang secara
bertahap dapat menjadi tradisi dan budaya dalam perilaku tenaga kependidikan dan
siswa dalam proses pembelajaran, penelitian, dan pengabdian lembaga pendidikan
pada masyarakat sebagai rasa tanggung jawab sosial.
Ketiga; meningkatkan kesesuaian dan kesepadanan (relevansi) pendidikan
dan pelatihan dengan berbagai kebutuhan dan tuntutan yang berkembang, baik dari
sistem persekolahan maupun dari dunia bisnis dan industri yang ada dan
berkembang di masyarakat. Sehingga, pendidikan dan pelatihan akan mampu
melebarkan dan meluaskan sasaran operasionalnya.
Keempat; meningkatkan peran internasional, baik dengan lembaga pendidikan
di negara lain maupun dengan lembaga-lembaga, badan-badan, atau organisasi
internasional yang termasuk governmental, dan non-governmental
agencies. Strategi ini akan membuka peluang bagi pendidikan kita untuk
pertukaran informasi, pengalaman, riset, karya maupun ketenagaan. Dan yang
lebih fungsional adalah penyegaran pandangan (visi) dan keilmuan yang selama
ini amat diharapkan dan dicita-citakan oleh pendidikan nasional kita.[4]
D.
PENGEMBANGAN SMU SWASTA UNGGULAN
Selain
memperhatikan dan mempertimbangkan apa yang telah dikemukakan di atas, SMU
Swasta Unggulan ke depan ini jiga mesti memperhatikan dan memperhatikan dan
merenungkan beberapa pikiran berikut ini:
Pertama; sekolah ini harus dapat menampung aspirasi masyarakat yang
berbeda-beda. Masyarakat yang maju menginginkan sesuatu yang lain. Dalam hal
ini sekolah swasta diharapkan bukan sekedar fotocopy dari sekolah negeri yang
diselenggarakan oleh masyarakat. Oleh karena masyarakat bersifat dinamis dan
terus berkembang sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat yang dilayani.
Dalam zaman globalisasi, ciri khas ini diharapkan memberi nilai plus yang
berupa keunggulan-keunggulan, baik dalam hal akademis maupun keterampilan.
Kedua; akselerasi akreditas dimungkinkan sejauh sekolah (SMU Plus) telah
mencapai titik standar berdasarkan ketentuan yang berlaku, yaitu SK Dirjen
Dikdasmen No.020/Kep/C/I.83 tahun 1983. Oleh sebab itu para penyelanggara yang
berhubungan dengan akreditasi agar masing-masing penyelenggara mempertimbangkan
kondisi sekolah yang diselenggarakannya. Apakah sekolah layak untuk dipercepat
jenjang akreditasinya atau belum, sebab dari berbagai pengalaman yang dimiliki
Direktori Sekolah Swasta usulan percepatan jenjang akreditasi setelah diperiksa
ke lokasi ternyata belum memenuhi syarat.
Ketiga; dalam kaitannya dengan keunggulan SMU Swasta Unggulan, juga untuk
menyongsong era globalisasi, beberapa sekolah swasta menawarkan program baru
yang dikenal dengan Internasional Baccalaureate (IB) Program. Program
ini memang masih berstatus Proyek Rintisan, tetapi para penyelenggara sekolah
unggulan sangat di anjurkan untuk mengenalnya. Pihak Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah akan membentuk Tim Pemantau yang bertugas
mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi proyek rintisan ini, apakah masih
mengikuti kaidah-kaidah pendidikan di Indonesia. Sebab bila menyimpang, maka
Proyek Rintisan ini tidak bisa diteruskan. Penyimpangan ini tentu lebih
dikarenakan adanya perbedaan kultur, kesiapan mental, infra-suprastruktur
sekolah dan lain-lain yang sifatnya lebih substansial.[5]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tantangan
di abad XXI antara lain sebagai berikut:
Pertama; tantangan untuk meningkatkan nilai tambah (added value), yaitu
bagaimana meningkatkan nilai tambah dalam rangka meningkatkan produktivitas
nasional. Kedua; tantangan untuk melakukan pengkajian secara
komprehensif dan mendalam terhadap terjadinya transformasi (perubahan) struktur
masyarakat, dari masyarakat agraris ke masyarakat modern, Ketiga; tantangan
dalam persaingan global yang semakin ketat. Keempat; munculnya
kolonialisme baru di bidang iptek dan ekonomi menggantikan kolonialisme
politik.
Masyarakat
berpendidikan yang dicita-citakan:
Pertama; kemampuan untuk mengembangkan jaringan kerjasama (networking).
Kerjasama ini semakin diperlukan, sebab manusia tidak lagi hidup terpisah-pisah
tetapi berhubungan satu dengan yang lainnya.
Kedua; kaitanya dengan prinsip kerjasama tersebut, manusia abad XXI
adalah cinta kepada kualitas yang tinggi.
Strategi
yang perlu dikembangkan:
Pertama; melaksanakan inovasi manajemen kelembagaan (institusi) pendidikan
secara sistematik, total, dan mendasar dengan sasaran utamanya adalah perubahan
orientasi, pandangan (visi), cara berfikir, dan pola perilaku nyata atau action
sebagai manifestasi adanya perubahan orientasi dan pandangan serta cara
berfikir tersebut. Kedua; meningkatkan kualitas akademik yang mencakup
kualitas proses pembelajaran, kualitas penelitian, dan kualitas pengabdian
kepada masyarakat. Ketiga; meningkatkan kesesuaian dan kesepadanan
(relevansi) pendidikan dan pelatihan dengan berbagai kebutuhan dan tuntutan
yang berkembang, baik dari sistem persekolahan maupun dari dunia bisnis dan
industri yang ada dan berkembang di masyarakat. Keempat; meningkatkan
peran internasional, baik dengan lembaga pendidikan di negara lain maupun
dengan lembaga-lembaga, badan-badan, atau organisasi internasional yang
termasuk governmental, dan non-governmental agencies.
Pengembangan
SMU Swasta Unggulan:
Pertama; sekolah ini harus dapat menampung aspirasi masyarakat yang
berbeda-beda. Kedua; akselerasi akreditas dimungkinkan sejauh sekolah
(SMU Plus) telah mencapai titik standar berdasarkan ketentuan yang berlaku,
yaitu SK Dirjen Dikdasmen No.020/Kep/C/I.83 tahun 1983. Ketiga; dalam
kaitannya dengan keunggulan SMU Swasta Unggulan, juga untuk menyongsong era
globalisasi, beberapa sekolah swasta menawarkan program baru yang dikenal
dengan Internasional Baccalaureate (IB) Program.
B.
Harapan
Harapan saya
sebagai penyusun makalah ini adalah semoga bermanfaat bagi pembaca yang
budiman.
DAFTAR RUJUKAN
Sidi,
Indra Djati, 2001, Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta, PT Logos Wacana
Ilmu
http://wirasyahifa.blogspot.com/mengembangkan-operasional-smu-dan-sederajat.html
No comments:
Post a Comment