Translate

Sunday, March 23, 2014

siti aisyah

SITI AISYAH
Siti Aisyah namanya
Usianya sekarang 8 tahun
Ia adalah gadis kecil berhati emas
Ia berani putus sekolah
Hanya untuk ayahnya tercinta
Beliau sakit selama 3 tahun
Tak seorangpun yang mau merawatnya
Penyakitnya yang sudah parah memaksanya dirawat di atas becak
Maklum, ayah Siti tak punya rumah
Selama 3 tahun ia hidup di atas becak tuanya
Oh, miris hatiku
Disaat pemerintah menggembar-gemborkan pembangunan
Ternyata terselip satu anggota keluarga yang luput dari pandangan
Oh Siti Aisyah
Gadis yang tak kenal lelah
Engkaulah anak yang berbakti dengan orang tua
Dikala teman sebayamu masih sempat mengenyam pendidikan
Engkau memilih putus sekolah
Dan sekarang,
Tuhan telah menjawab semua do’amu
Tuhan telah menjawab semua kesabaranmu
Ketabahanmu selama 3 tahun terbayar sudah
Ayahmu telah dirawat dengan layak
Atas kedermawanan seseorang yang melihat keadaanmu
Dan engkau siti...
Kini engkau bisa menikmati kembali bangku sekolah
Kini bebanmu sedikit berkurang
Tersenyumlah Siti,

Karena engkau adalah mutiara bangsa yang berharga.

CHILDREN LEARN WHAT THEY LIVE

CHILDREN LEARN WHAT THEY LIVE
If a child lives with criticism, he learns to condemn
If a child lives with hostility, he learns to fight
If a child lives with ridicule, he learns to be shy
If a child lives with shame, he learns to feet guilty
If a child lives with tolerance, he learns to be patient
If a child lives with encouragement, he learns to confident
If a child lives with praise, he learns to appreciate
If a child lives with fairness, he learns justice
If a child lives with security, he learns to have faith
If a child lives with approval, he learns to like himself

If a child lives with acceptance and friendship, he learns to find love in the world

Friday, March 21, 2014

Peristiwa Lupa dalam Belajar

Peristiwa Lupa Dalam Belajar

Dari pengalaman sehari-hari, kita memiliki kesan seakan apa-apa yang kita alami dan kitapelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Padahal menurut teori kognitif apapun yang kita alami dan kita pelajari, kalau memang sistem akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan dalam subsistem akal permanen kita.
Akan tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Acapkali terjadi, apa yang kita pelajari dengan tekun justru sukar untuk diingat kembali dan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit penglaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemempuan untuk membuat atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Dapatkah lupa dalam belajar siswa diukur secara langsung? Wittig  (1981) menyimpulkan berdasarkan penelitiannya, peristiwa lupa yang dialami seseorang tak  mungkin dapat diukur secara langsung. Sering terjadi, apa yang dinyatakan telah terlupakan oleh seorang siswa justru ia katakan. Untuk memperjelas hal ini, perhatikan contoh berikut:
Jika Anda meminta penjelasan kepada seorang siswa, Diny misalnya, mengenai matteri pelaran tertentu dengan perintah: “Diny, katakan semua yang telah kau lupakan mengenai materi pelajaran itu!” Kemudian Diny menyebutkan hampir seluruh bagian pelajaran tersebut. Lupakah Diny akan materi pelajaran itu? Jawabnya, tentu tidak. Sebab, perintah anda sesungguhnya telah mengungkapkan apa-apa yang dia ingat. Hal lain yang tak dapat ia katakan (yang sedikit itu), itulah yang mungkin terlupakan olehnya.
Apakah sesungguhnya yang menyebabkan siswa anda lupa akan sebagian materi yang telah anda ajarkan? Pada umumnya orang percaya bahwa lupa terutama disebabkan oleh lamanya tenggang waktu antara saat terjadinya proses belajar sebuah materi dengan saat pengungkapannya. Namun berdasarkan hasil-hasil penelitian, ternyata anggapan seperti itu nyaris tak terbukti.
a.  Faktor-faktor Penyebab Lupa
Pertama, lupa dapat terjadi karena anggapan gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1) proactive interference; 2) retroactive interference (Reber 1988; Best,1989;Anderson, 1990)
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini bisa terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran  baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen  sistem tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama itu.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena beberapa kemungkinan:
1)  Karena informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran;
2)  Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada,  jadi sama dengan fenomena retroaktif;
3)  Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.
Ketiga, lupa terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kuda nil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi di dalam kebun binatang.
Keempat, lupa terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Jadi, meskipun seorang siswa telah mengikuti proses mengajar-belajar dengan tekun dan serius, tetapi karena sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepad guru) maka materi pelajaran itu akan mudah dilupakan.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang  siswa akan terserang penyakit seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan gegar otak akan kehilangan ingatan atas iitem-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karen tenggang waktu (delay) antara saat diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best,1989; Anderson, 1990)
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut pandangan para ahli psikologi kognitif, “tidak!” Materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk dipanggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching (pengajaran perbaikan) ternyata dapat menunjukkan kinerja akademik sebelumnya. Hal ini bermakna bahwa relearning dan remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan.
b.  Kiat mengurangi Lupa dalam Belajar
Sebagai seorang calon guru atau guru profesional dapatkah anda mencegah peristiwa lupa yang sering dialami para siswa itu? Lupa itu manusiawi dan mungkin anda tak akan mampu mencegahnya secara keseluruhan. Namun, sekedar berusaha mengurangi proses terjadinya lupa yang sering dialami para siswa dapat anda lakukan dengan berbagai kiat.
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatnya, antara lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990), sebagai berikut.
·         Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara di luar kebiasaan. Banyak contoh yang dapat dipakai untuk overlearning, antara  lain pembacaan teks Pancasila setiap hari Senin dan Sabtu memungkinkan ingatan siswa terhadap materi PPKN lebih kuat.
·         Extra Study Time
Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu belajar materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi satu setengah jam. Penambahan frekuensi belajar berarti siswa meningkatkan kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari. Kiat ini dipandang cukup strategis karena dapat melindungi memori dari kelupaan.
·         Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mnemonic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukan item-item informasi ke dalam sistem akal siswa. Muslihat mnemonic itu banyak ragamnya, tetapi yang paling menonjol adalah sebagaimana terurai di bawah ini:
1.  Rima (Rhyme) yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan istilah yang harus diingat siswa. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya apabila diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan. Nyanyian anak-anak TK yang berisi pesan moral dapat diambil sebagai penyusunan rima mnemonic.
2.  Singkatan, yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa. Contoh: jika seorang siswa hendak mempermudah mengingat nama Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim,dan Nabi Musa, dapat disingkat menjadi ANIM. Pembuatan singkatan-singkatan seyogianya dilakukan sedemikian rupa sehingga menarik dan memiliki kesan tersendiri.
3.  Sistem kata pasak (peg word system), yakni sejenis teknik mnemonic yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya teah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan seperti merah-saga, panas-api. Kata-kata ini berguna untuk mengingat kata dan istilah yang memiliki watak yang sama seperti: darah, lipstik; pasangan langit dan bumi; neraka, dan kata/istilah lain yang memiliki kesamaan watak (warna, rasa, dan seterusnya)
4.  Metode Losai (Method of Loci), yaitu kiat mnemonic yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat siswa. Kata “loci” sendiri adalah jamak dari kata “locus” artinya tempat. Dalam hal ini, nama-nama kota, jalan, gedung terkenal dapat dipakai untuk menempatkan kata dan istilah yang kurang lebih relevan dalam arti memiliki kemiripan ciri dan keadaan. Contoh: nama ibukota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (George Washington); dan gedung bundar untuk mengingat nama jaksa agung Indonesia. Apabila guru memerlukan siswa menyebut nama-nama tadi, ia dapat menyuruh siswa tersebut “bepergian” ke tempat-tempat tersebut.
5.  Sistem kata kunci (key word system). Kiat mnemonic yang satu ini relatif tergolong baru dibandingkan dengan kiat-kiat mnemonic lainnya. Kiat ini mula-mula dikembangkan pada tahun 1975 oleh dua pakar psikologi, Raugh dan Atkinson (Barlow, 1985). Sistem kata kunci biasanya direkayasa secara khusus untuk mempelajari kata dan istilah asing, dan konon cukup efektif untuk pengajaran bahasa asing, Inggris misalnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut: 1. Kata-kata asing; 2. Kata-kata kunci, yakni kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku pertamanya memiliki suara/lafal yang mirip dengan kata yang dipelajari; 3. Arti-arti kata asing tersebut.
Untuk memperjelas kiat mnemonic tadi, di bawah ini dibuatkan sebuah daftar contoh mnemonic


Kata inggris
Kata Kunci
Arti
Astute
Butterfly
Chaos
Difficult
Eyesight
Fussy
Gamble
Hasty
Insane
Jumpy
Astuti
Baterai
Kaos
Dipukul
Aisyah
Fauzy
Gembel
Hesti
Insan
Jampi

Cerdik
Kupu-kupu
Kekacauan
Sukar
Penglihatan
Cerewet
Berjudi
Tergesa-gesa
Sakit jiwa
Gugup


Referensi:

MUHIBBIN SYAH, M.Ed, PSIKOLOGI BELAJAR, CET.2, JAKARTA: PT RAJA GRAFINDO PERSADA, 2003, HAL.167-175.

The Silent Way

The Silent Way*
English Skill Level     :Beginning to Intermediate
Grade Level               : Elementary to Adult
BACKGROUND
The Silent Way, developed in the 1960s by Caleb Gattegno, is grounded in the belief that students should learn independently of the teacher. Gattegno proposed that students would learn better if they developed personal responsibility for their own learning. Thus, for much of the lesson, the teacher remains silent. Teaching is viewed as subordinate to learning. Students are encouraged to work with one another to figure out meaning. Students are introduced to new material once through the use of Cuisinare rods (small colored rods of varying lengths) and a series of wall charts. After the teacher introduces the material, it is up to the students to determine what they need to learn and independently work toward their academic goals. Certain aspect of this approach, such as the use of Cuisinare rods and developing student independence, continue to be used. However, this approach alone is rarely used it is not practical within the classroom, and students need and desire more teacher input.
STRATEGY
1.      The teacher introduces a discrete sound or structure by pointing at Silent Way charts or by using Cuisinare Rods to demonstrate a structure or grammar point
2.      Students then figure out what they are learning and reproduce the sound or structure
3.      Between activities or sessions, students may ask questions of the teacher.
4.      The teacher then introduces another discrete sound or structure in the same manner.
5.      Students again figure out the meaning and reproduce the sound or structure.
6.      As time goes on, students are ideally able to combine discrete sound or structure to create longer strings of language.
STRENGTHS
·         Students are in an environment that encourages independence.

WEAKNESESS
·         Some students may need more teacher input that what is provided through this method
·         Language isn’t learned as a whole nor is it authentic
·         Teachers must have access to materials and to the system
FURTHER READING
Stevick, E (1980). One way of teaching: the silent way. In Teaching languages: a way and ways (pp. 37-84). Boston: Heinle & Heinle. The silent way is only one of many strategy discussed for languages teachers.
Richards, J. C., & Rodgers, T. S. (2001). The silent way. In approaches and methods in language teaching (2nd ed., pp. 81-89). Cambridge, England: Cambridge University Press. A collection of strategies and techniques are included in this work for teachers of language.

*) From A Kaleidoscope of Models and Strategies for Teaching English to Speakers of Other Languages by Deborah L. Norland, Ph.D. and Terry Pruett-Said. Westport, CT: Libraries Unlimited/Teacher Ideas Press. Copyright © 2006.


Wednesday, March 19, 2014

Puisi Arab

دع الأيام تفعـل ما تشـاء # وطب نفسا إذا حكم القضاء
ولا تجزع لحـادثـة الليـالي # فمـا لحوادث الدنيا بقـاء
وكن رجلا على الأهوال جلدا # وشيمتك السـماحة والوفاء
وإن كثرت عيـوبك في البرايا # وسـرك أن يكون لها غطاء
يغطى باالسماحة فكل عيب # وكم عيب يغطيه الشخاء
ولا حزن يدوم ولا سـرور # ولا بؤس عليك ولا رخـاء
ولا تر للأعـادي قـط ذلا # فإن شـماتة الأعـدا بلاء
ولا ترج السمـاحة من بخيل # فمـا في النار للظـمآن ماء
ورزقك ليس ينقصـه التأني # وليس يزيـد في الرزق العناء
إذا ما كنت ذا قلب قنـوع # فأنت ومالك الدنيـا سـواء
ومن نزلت بسـاحته المنايا # فلا أرض تقـيه ولا سـماء
وأرض الله واسـعة ولـكن # إذا نزل القـضا ضاق الفضاء
دع الأيام تغـدر كل حين # فمـا يغـني عن الموت الدواء

Terjemahan :

(1) Biarlah hari-hari berlalu,
Dikala Takdir telah menentu,
ikhlaskan jiwamu…
(2) Jangan engkau sesali,
apa yang telah terjadi,
karena hidup di dunia tiada yang abadi…
(3) Jadilah engkau seorang lelaki tangguh
Dalam segala keadaan
Serta lapang dalam menerima kenyataan
(4) Kebahagiaanmu akan terasa ketika aibmu tersimpan
Maka rahasiakanlah dengan kedermawanan
(5) Tutupilah kukuraganmu dengan kedermawanan
Dan seberapa banyak engkau telah menutupinya
(6) Tiada keabadian bagi nestapa dan suka cita
Seperti halnya miskin dan kaya
(7) Jangan engkau perlihatkan kehinaanmu
Kepada semua musuhmu
Sesungguhnya mereka akan menguji ketabahanmu
(8) Jangan engkau harapkan pemberian orang kikir
Sesungguhnya tiada air di gurun pasir
(9) Dan tiada berkurang rizkimu karena santai bekerja
Serta tiada bertambah karena semangat usaha
(10) Jika engkau Qona’ah
Maka engkau sama dengan raja harta
(11) Ketika maut telah datang
Bumi dan langit tidak mampu menghadang
(12) Dan bumi Allah terhampar luas
Namun …
Bila takdir telah menghimpit
Tanah lapang pun akan sempit
(13) Biarkan hari-hari bersandiwara setiap saata
Karena kematian tiada berobat



Pesta Demokrasi

PESTA DEMOKRASI
Deru campur suara gemuruh pekikan
Terdengar di depan rumahku
Dalam hati, ada apa itu?
Oh, ternyata pesta demokrasi sudah dimulai
Layaknya burung
Mereka terbang bebas dari satu pohon ke pohon lain
Begitulah kiranya saat pesta demokrasi
Tak mengenal panas hujan
Semua rintangan akan dihadapi
Demi tujuan yang dihadapi
Ah, begitu herannya aku
Entah kapan calon-calon  pemimpin itu
Akan benar-benar mengabdikan kepada rakyatnya
Sesuai dengan janji-janji yang mereka ucapkan
Atau mungkin pesta demokrasi itu hanya sebagai
Ajang untuk memiliki popularitas
Oh jika itu benar
Sadarkan Ya Tuhan, mereka-mereka yang memiliki sifat seperti itu
Sadarkan sifat-sifat mereka yang melalaikan janji yang mereka ucapkan
Karena jika sifat itu ada

Mau jadi apa kehidupan ini?