UPAYA
GURU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAQUL
KARIMAH SISWA MTS
AL-MA’ARIF
PON.
PES. PANGGUNG TULUNGAGUNG
Disusun Oleh :
1. AHMAD ZAKI GHUFRON (3211113033)
2. ANDIKA HADI PRASETYO (32111130)
3. CHOIRUL ANAM (3211113051)
4. EKHSANNUDIN (3211113063)
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
TULUNGAGUNG
JUNI
2014
UPAYA
GURU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAQUL
KARIMAH SISWA MTS AL-MA’ARIF
PON.
PES. PANGGUNG TULUNGAGUNG
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Tulungagung Guna Menyusun Skripsi
Disusun
Oleh :
1. AHMAD ZAKI GHUFRON (3211113033)
2. ANDIKA HADI PRASETYO (32111130)
3. CHOIRUL ANAM (3211113051)
4. EKHSANNUDIN (3211113063)
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN)
TULUNGAGUNG
JUNI
2014
UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAQUL
KARIMAH SISWA MTS AL-MA’ARIF
PON.
PES. PANGGUNG TULUNGAGUNG
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
1. AHMAD ZAKI GHUFRON (3211113033)
2. ANDIKA HADI PRASETYO (32111130)
3. CHOIRUL ANAM (3211113051)
4. EKHSANNUDIN (3211113063)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
JUNI 2014
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal Skripsi dengan judul “Upaya Guru dalam Pembentukan Akhlaqul Karimah Siswa MTS MA’ARIF Pon. Pes. Panggung Tulungagung” yang ditulis oleh Ahmad Zaki Ghufron, Andika, Anam, dan Ekhsan ini telah diperiksa dan disetujui untuk
diujikan.
Tulungagung, 22 maret 2014
Pembimbing,
Drs. Asrof Syafi’i, M.Ag
NIP:
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam realita pendidikan Islam yang ada di
Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup memuaskan. Dari
yang dulu hanya diajarkan di surau-surau, mushola, masjid sekarang sudah
berkembang dengan dibangun gedung-gedung untuk belajar agama islam.
Pendidikan Islam menekankan
perkembangan manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
sebagai warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,
sasaran utama sebagai tujuan pendidikan Islam ialah menumbuhkan manusia yang
dapat membangun dirinya sendiri dan masyarakatnya yang dilaksanakan dengan
memberikan pendidikan yang utuh, dalam arti tidak ada dikotomi antara ilmu
sains dengan ilmu agama..[1]
Diantara tujuan yang dikemukakan di
atas membentuk individu yang berakhlak mulia menjadi sangat diutamakan karena
dalam era globalisasi di kalangan pelajar moral (akhlak) mereka sebagian sudah
tidak sesuai dengan norma-norma agama. Banyak budaya barat yang sudah masuk ke
Indonesia dan langsung diterima mentah-mentah oleh para remaja,diantaranya
pergaulan bebas (free sex), pemakaian narkoba, itu membuat moral (akhlak)
mereka tidak sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu, setiap muslim wajib
mempelajari ilmu akhlak dan cabang-cabangnya. Ilmu akhlak merupakan ilmu yang
mengatur tata kehidupan (budi pekerti) manusia dalam mengadakan kontak dengan
Allah SWT dan sesama umat manusia. Ilmu akhlak membahas hal-hal terpuji dan
tercela, sopan santun dan sombong, menahan diri dari perbuatan maksiat dan
melampaui batas, serta terlalu pelit dan boros dalam membelajankan harta.
Perbuatan tercela tidak mungkin bisa dihindari tanpa terlebih dahulu mengetahui
pangkal dan penolakannya. Karenanya, setiap muslim wajib mempelajari dan
mendalami penelitian perbuatan-perbuatan tercela tersebut. Dengan jalan demikian,
akhlakul karimah akan bisa tertanam dalam jiwa dan hati sanubari, sehingga
dapat direalisasikan dalam bentuk perbuatan nyata.[2]
Untuk membentuk akhlak generasi muda
selain bimbingan dari orang tua dalam dunia pendidikan guru mempunyai peran
penting untuk membantu membentuk akhlak
yang baik. Usaha Pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru disekolah sesungguhnya
tidak lain adalah untuk mengatasi dan menanggulangi serta mencegah terjadinya
kenakalan remaja dan membentuk pribadi yang berbudi pekerti yang luhur.[3]
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang peran guru dalam
pembentukan akhlakul karimah siswa. Dengan lokasi penelitian di MTS AL-MA’ARIF
Tulungagung, sesuai uraian dan penjelasan di atas, maka peneliti mengkaji
tentang “Upaya Guru dalam Pembentukan Akhlakul karimah Siswa MTS AL-MA’ARIF
TULUNGAGUNG”.
B.
Fokus Penelitian
Fokus penelitian mempunyai tujuan
untuk menentukan dan menghindari suatu penelitian yang tidak mengarah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
mengemukakan fokus penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana upaya guru dalam pembentukan akhlak
siswa kepada guru siswa di Mts Al-Ma’arif Tulungagung?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kepribadian
siswa yang berakhlakul karimah siswa di Mts Al-Ma’arif Tulungagung?
3. Bagaimana strategi yang dilakukan guru untuk
membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah di Mts Al-Ma’arif Tulungagung?
C.
Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan fokus penelitian di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui upaya guru dalam pembentukan
akhlak siwa kepada guru.
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
kepribadian siswa yang berakhlakul karimah.
3. Untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru
untuk membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah.
D.
Kegunaan Penelitian
1.
Secara Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran penulis ke
dalam khazanah keilmuan sehingga dapat diketahui seberapa besar peran guru
dalam pembentukan akhlakul karimah.
2.
Secara Praktis
Secara
praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh:
a. Bagi Penulis
Untuk
menambah wawasan serta pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam hal upaya guru dalam pembentukan
akhlakul karimah.
b. Bagi Kepala Madrasah
Hasil penelitian ini bagi Kepala
Madrasah dapat digunakan sebagai acuan dan strategi dalam meningkatkan Upaya
Guru Dalam Pembentukan Akhlakul karimah.
c. Bagi Guru
Madrasah
Diharapkan hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan kontribusi pemikiran dalam
rangka upaya pembentukan Akhlakul
karimah siswa.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai acuan untuk menambah wawasan dan memberikan pengalaman yang sangat
penting dan berguna sebagai calon tenaga pendidik.
E.
Penegasan Istilah
Judul skripsi ini adalah Upaya Guru
dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa Di MTS AL-MA’ARIF Tulungagung. Untuk
menghindari kesalahan dalam memahaminya perlu dikemukakan penegasan istilah
yang terkandung didalamnya :
1. Secara Konseptual
a.
Upaya Guru adalah upaya dan pelaksana dari sistem
pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan[4]
b.
Akhlakul Karimah adalah
budi pekerti atau kelakuan yang baik.
2. Secara Operasional
Secara operasional yang dimaksud
upaya guru dalam pembentukan akhlakul karimah adalah merupakan suatu gejala
atau langkah pembinaan perilaku siswa yang meliputi : pembinaan perilaku kepada
Guru, kepada orang tua dan kepada Lingkungan / Masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah dalam
pengertian luasnya ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan pada
nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul karimah terbukti efektif dalam
menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun.[5]
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak
diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di
artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al Qalam ayat 4:
pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di
artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al Qalam ayat 4:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OÏàtã ÇÍÈ
Artinya:
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang
agung”.
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang
agung”.
Sedangkan hadis yang sangat populer
menyebut akhlak adalah
hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi,
yang artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia. Perjalanan keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping kata akhlak itu sendiri, dan masing masing mempunyai definisi yang berbeda. Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya. Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan.[6]
hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi,
yang artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia. Perjalanan keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping kata akhlak itu sendiri, dan masing masing mempunyai definisi yang berbeda. Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya. Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan.[6]
B.
Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa
Yang Berakhlakul Karimah
Jika kita amati beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akhlak siswa ada dua bagian: Pertama, faktor-faktor
umum. Kedua, faktor-faktor khusus.
Faktor-faktor umum ialah lingkungan, baik keluarga maupun masyarakat, di
antaranya adalah:
1. Orang tua
Kedua orang tua merupakan contoh bagi anak-anaknya.
Oleh karena itu baik dan buruknya seorang anak tergantung kepada pendidikan
kedua orang tua, anak diibaratkan seperti kertas yang masih bersih, kalau
dihitamkan ia akan menjadi hitam, kalau diputihkan ia akan menjadi putih. Hal
ini pernah disinyalir oleh sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Setiap
bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang
dapat menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani ataupun Majusi (penyembah api) (H.R.
Bukhari)”
Kemampuan dasar (fitrah) itu banyak pula jenisnya
Syahminan Zaini merinci jenis-jenis fitrah itu sebagai berikut:
- Fitrah beragama
- Fitrah intelek
- Fitrah sosial
- Fitrah ekonomi
- Fitrah politik
- Fitrah seni
- Fitrah harga diri
- Fitrah kemajuan
- Fitrah persamaan
- Fitrah persatuan
- Fitrah kemerdekaan
- Fitrah keadilan
- Fitrah susilasosial
- Fitrah kawin, dan
- Fitrah lain-lainnya.
2. Sekolah/madrasah
Sekolah adalah “Faktor yang paling dominan
dalam mempengaruhi akhlak siswa setelah kedua orang tua karena
seolah merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk akhlak para siswanya”.
Jika kita membahas tentang kedudukan sekolah di
masyarakat maka sekolahan berperan sebagai berikut:
- Guru merupakan wakil wali murid di dalam mendidik anaknya dari
keterangan tersebut jelas bahwa sekolah tidak dapat menjalankan peranannya
kalau tidak ada kerja sama antara pihak sekolah dan wali murid.
- Sekolah merupakan wahana untuk membentuk fitrah akhlak/agama, fitrah intelek,
dan disini pula siswa cita-citanya dikembangkan dan diarahkan seoptimal
mungkin.
Oleh karena itu guru tidak hanya mencerdaskan para
siswanya tetapi bagaimana ia membentuk dan meningkatkan akhlak para siswa.
Inilah tujuan pendidikan agama Islam yang urgen.[7]
C.
Strategi Membentuk Perilaku Yang Berakhlakul
Karimah
Ibn Miskawaih memberikan
referensi tentang metodelogi
dalam melakukan
pendidikan akhlak sebagai berikut:
a)
Perubahan Akhlak
Untuk mengetahui konsep
Ibn Miswaih tentang
metode perbaikan akhlak, sebelumnya perlu
di ketahui pendapatnya
tentang perubahan akhlak.
Menurutnya bahwa akhlak itu ada dua macam, yakni 1) ada yang thabi’iatau
alami dibawa sejak lahir, dan 2)
ada yang dihasilkan
melalui latihan dan
kebiasaan. Miskawaih lebih berpendapat bahwa akhlak dapat diubah.
b)
Perbaikan Akhlak
Metode perbaikan akhlak
dapat diberi dua
pengertian; pertama, metode mencapai akhlak
yang baik, kedua metode memperbaiki
akhlak yang buruk. Walaupun demikian,
pembahasannya disatukan karena
antara satu dengan
lainya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Terdapat beberapa
metode yang diajukan
Ibn Miskawaih dalam
mencapai akhlak yang baik sebagai berikut:
a. Adanya
kemauan yang sungguh-sungguh untuk
berlatih terus menerus
dan menahan diri untuk memperoleh keutamaan dan sopan santun yang
sebenarnya sesuai dengan keutamaan
jiwa.
b. Menjadikan
semua pengetahuan dan
pengalaman orang lain
sebagai cermin bagi dirinya.
c. Intropeksi/mawas
diri. Metode ini mengandung pengertian kesadaran seseorang untuk
berusaha mencari cacat/aib pribadi secara sungguh-sungguh.
d. Metode oposisi.
Paling tidak ada dua langkah yang perlu dilakukan untuk metode ini, pertama mengetahui jenis
penyakit dan sebabanya,
dan kedua mengobati/menghapus
penyakit tersebut dengan menghadirkan lawan-lawannya.
Dalam konteks pendidikan
nilai, pendidikan akhlak
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan
sebagai berikut:
a. Pendekatan
Penanaman Nilai
Pendekatan penanaman
nilai (inculcation approach)
adalah suatu pendekatan yang
memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan
pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: Pertama, diterimanya
nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa;
Kedua berubahnya
nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai sosial yang
diinginkan. Adapun metode yang
digunakan dalam proses pembelajaran
menurut pendekatan ini
antara lain: keteladanan, penguatan positif dan negatif,
simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.
b.
Pendekatan perkembangan kognitif
Pendekatan ini
dikatakan pendekatan perkembangan
kognitif karena
karakteristiknya memberikan penekanan
pada aspek kognitif
dan perkembangannya.
Pendekatan ini mendorong
siswa untuk berpikir
aktif tentang
masalah-masalah moral dan
dalam membuat keputusan-keputusan moral. Perkembangan moral menurut pendekatan
ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan
moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih
tinggi.
c.
Pendekatan analisis nilai
Pendekatan
analisis nilai (values analysis
approach) memberikan penekanan pada perkembangan
kemampuan siswa untuk
berpikir logis, dengan
cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial.
d.
Pendekatan klarifikasi nilai
Pendekatan
klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi
penekanan pada usaha membantu
siswa dalam mengkaji
perasaan dan perbuatannya
sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka
sendiri.
Tujuan
pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga. Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan
mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; Kedua, membantu siswa, supaya mereka mampu berkomunikasi secara
terbuka dan jujur
dengan orang lain,
berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri; Ketiga, membantu
siswa, supaya mereka
mampu menggunakan secara
bersamasama kemampuan berpikir
rasional dan kesadaran
emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai,
dan pola tingkah laku mereka sendiri.[8]
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.
Jenis Penelitian
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini
menggunakan penelitian kualitatif. "Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
obyek penelitian dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah."[9]
Oleh karena itu dalam penelitian ini
peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti
dari subyek yang berupa individu, organisasional atau perspektif yang lain.
Adapun tujuannya adalah untuk menjelaskan aspek yang sesuai dengan fenomena
yang diamati dan menjelaskan karakteristik fenomena/masalah yang ada.
Dengan adanya jenis penelitian
tersebut di atas, menunjukkkan bahwa penelitian yang dilakukan dalam karya ini
tergolong penelitian kualitatif, maka yang ingin diketahui adalah tentang Upaya
Guru dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa.
2.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTS AL-MA’ARIF Kecamatan: Karangwaru,
Kabupaten: Tulungagung.
Penentuan lokasi penelitian ini karena MTs Al Ma’rif
merupakan salah satu Madrasah yang telah lama berdiri serta memiliki banyak
siswa dan terlihat maju di bandingkan lainnya.
Sehingga peneliti mempunyai inisiatif untuk melakukan penelitian guna mengamati
dan meneliti peran guru dalam membentuk akhlak siswa-siswa dan juga guna
peningkatan kualitas pendidikan yang ada di Madrasah tersebut, terutama tentang
pendidikan Akhlakul karimah dan teladan guru terhadap siswa dalam berperilaku
dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dilapangan merupakan sebagai instrumen kunci
penelitian mutlak diperlukan, karena terkait dengan penelitian yang telah
dipilih yaitu penelitian dengan pendekatan kualitatif. Sehingga mengadakan
penelitian yang dilakukan peneliti bertindak sebagai observer, pengumpul data,
penganalisis data dan sekaligus sebagai pelapor hasil penelitian. "Dalam
melakukan penelitian ini kedudukan peneliti adalah sebagai perencana,
pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan akhirnya sebagai
pelapor hasil penelitian."[10]
Peneliti hadir di tempat penelitian harus bersikap seperti orang
yang biasa yang tidak mengetahui apa yang ada dalam lokasi penelitian. Sehingga
dengan sikap kesederhanaan dan rasa ingin tahu dari peneliti dapat diperoleh
secara maksimal. Dengan demikian informan akan lebih maksimal dalam memberikan
informasi tentang keadaan lokasi yang akan kita teliti.
4.
Sumber Data
Data merupakan sumber yang paling penting untuk menyingkap suatu
permasalahan yang ada, dan data jugalah yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian atau mengisi hipotesis yang sudah dirumuskan. Dalam melakukan
penelitian ini data-data yang diperlukan diperoleh dari dua sumber yaitu:
a.
Data Primer
"Data primer adalah data yang bersumber dari informan yang
mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah yang diteliti. Sedangkan
informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
situasi dan kondisi yang dijadikan obyek penelitian."[11]
Data primer ini bisa dikatakan sebagai data yang bersumber dari
manusia. Dalam pengambilan data primer peneliti dapat menggunakan perekam suara
atau menulis hasil jawaban dari informan dalam wawancara. Dimana hasil
wawancara dikumpulkan dari berbagai pihak yang kemudian di simpulkan oleh
peneliti.
Dari data yang sudah didapatkan peneliti diharapkan untuk selalu
mengadakan analisis secara maksimal dan teliti guna mengantisipasi adanya kebohongan
dalam pengungkapan data dari informan. Dalam hal ini peneliti harus memilih
informan yang sangat bertanggung jawab dalam mengungkap data yang sebenarnya.
Data primer ini memang sangatlah penting dalam metode kualitatif,
karena penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersumber dari wawancara
dengan informan. Selain dari informan peneliti kualitatif harus terjun ke
lokasi penelitian untuk mengetahui situasi dan kondisi yang akan diteliti. Dari data primer inilah peneliti diharapkan
mencermati apa yang harus didapatkan dan di analisis dengan data pendukung
lainnya guna mendapatkan hasil yang baik dan sempurna.
b.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber kedua atau dari
instansi seperti dokumen hasil belajar siswa baik dalam bentuk laporan maupun
data sekunder lainnya atau dari teks book. Sumber data juga menjadi bahan
pertimbangan dalam penentuan alat penelitian. Dalam pengertian lain data
sekunder memiliki pengertian " data yang tersusun dalam bentuk dokumen- dokumen."[12]
Data sekunder ini dapat diperoleh peneliti dengan pengumpulan data
dari arsip-arsip yang ada di lokasi penelitian baik arsip tentang data siswa,
data guru dan karyawan, data profil sekolah, maupun data skripsi apabila
sekolah yang diteliti sudah pernah diteliti.
Dengan data tersebut diharapkan peneliti dapat memperoleh hasil pendukung dari
data primer secara maksimal. Walaupun data tersebut sudah peneliti dapatkan,
peneliti seharusnya memberikan inovasi terbaru dalam penyusunan dan hasilnya.
Sehingga dalam hasil laporan penelitian dapat memberikan suasana baru terhadap
lokasi penelitian, akan tetapi semua ini tidak menyimpang dari data-data yang
asli. Seperti sejarah lokasi penelitian, format data guru dan karyawan, dan
lainya.
5.
Prosedur Pengumpulan Data
Agar diperoleh data yang valid dalam kegiatan penelitian ini maka
perlu ditentukan teknik-teknik dalam pengumpulan data yang sesuai dan
sistematis. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a.
Teknik Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) biasa diartikan sebagai ”pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek
penelitian."[13] Gejala-gejala yang
dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan Upaya
guru dalam pembentukan ahlakul karimah siswa di obyek studi. Dari pengamatan
inilah peneliti akan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang muncul
dipermukaan, baik didalam bentuk-bentuk kegiatan maupun hal-hal yang bersifat
pembinaan.
Beberapa manfaat penggunaan teknik pengamatan (observasi) dalam penelitian
kualitatif. Diantaranya ialah:
a.
Teknik
pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Dengan pengalaman
langsung ini, maka peneliti dapat melihat secara langsung lokasi yang diteliti
sehingga dapat menjadi pengalaman peneliti yang sangat baik atas kejadian dan
gejala yang dialami pada saat penelitian.
b.
Teknik
pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
Pencatatan data dari informan dilokasi dapat membiasakan diri peneliti untuk
menjadi seorang yang cermat dan tanggap dalam menyimpulkan dan mendiskripsikan
hasil catatannya tersebut menjadi sebuah karya yang baik.
c.
Pengamatan
memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan
pengetahuan yang proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari
data.
d.
Sering
terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya
itu ada yang melenceng. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data
tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan. Dengan pengamatan itu
peneliti akan mendapatkan kemantapan hati dalam penelitian karena dilaksanakan
secara langsung. Sehingga data yang didapat sangat releven.
e.
Teknik
pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit dan
untuk perilaku yang kompleks. Dari pemahaman peneliti pada situasi rumit dapat
memecahkan fikiran peneliti untuk selalu mencari jalan atau solusi pemecahan
masalah tersebut. Sehingga dengan pengalaman tersebut peneliti dapat
membiasakan berfikir dan dapat menyelesaiakan tugas rumit yang peneliti hadapi.
"Dalam
kasus-kasus tertentu, teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan
akan menjadi alat yang bermanfaat."[14] Berdasarkan pendapat di
atas akan memperkuat kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif yang
dikatakan sebagai alat (instrument) penelitian, dimana peneliti tidak hanya
mengamati dan mencatat data yang direncanakan sebelumnya akan tetapi data lain
yang mucul kepermukaan dapat dijaring untuk kepentingan penelitian ini. Dalam
hal ini tentunya peneliti dapat menemukan cara atau metode yang tepat dalam
mengatasi permasalahan tersebut.
- Teknik
Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan teknik yang dilakukan dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber data melalui dialog (Tanya jawab) secara lisan,
Interview sebagai " proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik yang satu menghadap orang lain dan mendengarkan
dengan suara sendiri tampaknya merupakan alat pengumpul data (informasi) yang
langsung tentang beberapa jenis."[15] Dalam teknik wawancara
ini peneliti diharapkan untuk menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan penelitian yang akan dilakukan.
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang
metode/teknik mengajar dan kegiatan apa yang dilakukan ustadz dalam membentuk
akhlakul karimah siswa. Wawancara harus dilakukan oleh peneliti kepada informan
yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, Seperti kepala Madrasah, orang
tua dan guru serta siswa.
c.
Teknik Dokumentasi
Adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara meneliti terhadap
buku-buku, catatan-catatan, arsip-arsip tentang suatu masalah yang ada
hubungannya dengan hal-hal yang akan diteliti.”Teknik dokumentasi adalah
mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku-buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya."[16]
Teknik dokumentasi ini merupakan teknik pendukung dari data primer
yang diperoleh dengan wawancara. Dengan data yang didapatkan dengan teknik
dokumentasi maka peneliti akan mendapatkan pembanding untuk dianalisa lebih
lanjut. Karena antara wawancara dan dokumen biasanya ada kesenjangan atau
perbedaan. Sehingga dengan perbandingan ini peneliti dapat menyelaraskan dengan
cara menggabungkan dari data dokumen dan wawancara dengan baik.
Dengan demikian teknik ini dipakai untuk memperoleh data tentang
peran guru dalam pembentukan akhlakul karimah siswa.
6.
Teknik Analisis Data
Analisis data adalah "proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar."[17]
Dalam suatu penelitian analisis adalah merupakan bagian yang sangat penting,
karena merupakan garis besar dari hasil penelitian yang datanya dapat disajikan
dan dapat diambil kesimpulan dari tujuan akhir penelitian. Proses analisis data
dapat dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dengan catatan lapangan,
dokumen pribadi, dokumen resmi, dan lain-lain.
Sedangkan interpretasi data adalah memberikan arti yang signifikan
terhadap analisis, menjelaskan pula uraian dan mencari hubungan antara
dimensi-dimensi uraian. Oleh karena penelitian ini termasuk jenis penelitian
kualitatif serta data yang terkumpulkan juga berbentuk kualitatif, maka dalam
menganalisis data juga dilakukan secara kualitatif pula (deskriptif
kualitatif). Yakni digambarkan dengan kata-kata/kalimat dipisah-pisah menurut
kategori data penelitian guna mendapatkan suatu kesimpulan. Gambaran dengan
kata-kata kalimat dilakukan dengan cara pemaparan data sebagai salah satu
penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih
difokuskan selama proses lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
1.
Analisis sebelum di lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data
sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian
fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
peneliti masuk dan selama dilapangan. Data analisis sebelum dilapangan ini
dilakukan sebagai planing dalam penelitian yang akan dilakukan. Sehingga dalam
penelitian nanti peneliti dapat memperoleh data sesuai yang diharapkan.
2.
Analisis data di lapangan
Setelah data selesai dikumpulkan dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah penuh.
Tahapan penelitian kualitatif dimulai dengan menetapkan informan
kunci yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti atas masalah yang sedang
diteliti. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut,
dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu perhatian pada obyek penelitian dan
memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap
hasil wawancara dengan mengambil kesimpulan sesuai yang diinginkan peneliti.
7.
Pengecekan Keabsahan temuan
Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu.
”Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).”[18] Masing-masing kriteria
tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri.
Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan datanya dilakukan dengan
teknik trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Diantara data yang lain adalah melalui
wawancara kepada informan. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan
ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung
peneliti akan menggunakan beberapa kriteria pemeriksaan keabsahan data dengan
menggunakan teknik pemeriksaan sebagaimana yang telah tersebut di atas, untuk
membuktikan kepastian data. Yaitu dengan kehadiran peneliti sebagai instrumen
itu sendiri, mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing,
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, mengadakan
wawancara beberapa orang yang berbeda, menyediakan data deskriptif secukupnya
dan diskusi dengan teman-teman sejawat.
F.
Tahap-tahap Penelitian
Secara umum prosedur penelitan yang dilakukan
dalam penelitian ini dapat dibedakan dalam 2 tahap yaitu tahap pendahuluan (pra-tindakan) dan tahap tindakan. Penelitian ini juga dilaksanakan melalui dua siklus yaitu siklus I
dan siklus II. Rincian tahap-tahap pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap
Pra Tindakan
Penelitian ini dimulai dengan
tindakan pendahuluan atau refleksi awal. Pada refleksi awal kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1)
Melakukan dialog dengan kepala sekolah tentang penelitian yang akan
dilakukan.
2)
Melakukan dialog dengan guru bidang studi akhidah akhlak
3)
Menentukan sumber data.
4)
Menentukan subyek penelitian.
5)
Menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review.
6)
Membuat soal tes awal.
7)
Melakukan tes awal.
b. Tahap
Pelaksanaan Tindakan
a) Perencanaan
Tindakan
Pada
tahap ini yang harus dilakukan adalah menyusun rancangan dari siklus per siklus. Setiap siklus direncanakan secara
matang, dari segi kegiatan, waktu, tenaga, material, dan dana. Hal-hal yang
direncanakan di antaranya terkait dengan pembuatan rancangan pembelajaran,
menentukan tujuan pembelajaran, menyiapkan materi yang akan disajikan,
menyiapkan metode untuk memperlancar proses pembelajaran, membuat lembar
observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas ketika
metode diskusi diterapkan, serta mempersiapkan instrument
untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
b)
Pelaksanaan Tindakan
Tahap
pelaksanaan yang dimaksudkan adalah melaksanakan pembelajaran PAI. Rencana
tindakan dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1)
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.
2)
Mengadakan tes awal.
3)
Pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi (soal sesuai dengan
kemampuan dasar yang terdapat direncanakan di pembelajaran).
4)
Melakukan analisis data.
c)
Observasi
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Pada saat
melakukan pengamatan yang diamati adalah sikap peserta didik dalam menerima
materi pelajaran serta mempraktikkannya selama pembelajaran berlangsung di
dalam kelas, mencatat apa yang terjadi di dalam kelas, perilaku peserta didik
di dalam kelas, mengamati apa yang terjadi di dalam proses pembelajaran,
mencatat hal-hal atau peristiwa yang terjadi di dalam kelas.
d)
Refleksi
Tahap ini merupakan tahapan dimana peneliti melakukan intropeksi
diri terhadap tindakan pembelajaran dan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian
refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil
observasi. Berdasarkan refleksi inilah suatu perbaikan tindakan selanjutnya di
tentukan. Kegiatan dalam tahap ini adalah:
1)
Menganalisa hasil pekerjaan peserta didik.
2)
Menganalisa hasil wawancara.
3)
Menganalisa hasil angket peserta didik.
4)
Menganalisa lembar observasi peserta didik.
5)
Menganalisa lembar observasi penelitian.
Dari hasil analisa tersebut, peneliti melakukan refleksi yang akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah kriteria yang telah di tetapkan
tercapai atau belum. Jika sudah tercapai dan telah berhasil maka siklus
tindakan berhenti. Tetapi sebaliknya jika belum berhasil pada siklus tindakan
tersebut, maka peneliti mengulang siklus tindakan dengan memperbaiki kinerja
pembelajaran pada tindakan berikutnya sampai berhasil sesuai dengan kriteria
yang telah ditetapkan
G.
Sistematika Pembahasan
Di dalam skripsi ini di susun lima bab, masing-masing bab terdiri
dari beberapa sub atau bagian dan sebelum memakai bab pertama, lebih dahulu
penulis sajikan beberapa bagian permulaan, sistematikanya meliputi : halaman
sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan.
Bagian isi terdiri dari:
Bab I: Pendahuluan, terdiri dari: (a) latar belakang masalah, (b)
fokus penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) kegunaan penelitian, (e) penegasan
istilah , (f) sistematika pembahasan .
Bab II: Kajian pustaka, terdiri dari: (a), upaya guru dalam
pembentukan akhlak siswa kepada guru (b), faktor yang mempengaruhi kepribadian
siswa yang berakhlakul karimah (c), strategi yang dilakukan guru untuk
membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah
Bab III: Metode Penelitian,terdiri dari: (a) pendekatan dan jenis
penelitin, (b) lokasi penelitian, (c) kehadiran peneliti, (d) sumber data, (e)
prosedur pengumpulan data, (f) tekhnik
analisis data, (g) pengecekan keabsahan temuan,
(h) tahap-tahap penelitian.
Bab IV: Paparan hasil penelitian, terdiri dari: (a) paparan data,
(b) temuan penelitian.
Bab V: Penutup, terdiri dari: (a) kesimpulan,
(b) saran.
Bagian akhir, terdiri dari: (a) daftar rujukan, (b)
lampiran-lampiran, (c) surat pernyataan keaslian, (d) daftar riwayat hidup.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
·
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
Dalam deskripsi obyek penelitian tentang MTS AL MA’ARIF
Tulungagung, antara lain mencakup sejarah berdiri dan profil MTs. Al Ma’arif
Tulungagung, visi, misi,tujuan, keadaan tenaga guru, karyawan, siswa dan sarana-prasana MTS Al Ma’arif Tulungagung
1. Sejarah Berdirinya MTS AL MA’ARIF
Tulungagung
Bermula
dari kesadaran tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan setempat, direalisasikan
berdirinya madrasah ini yang diawali dengan pendirian Yayasan Raden Ja’far
hodiq yang awalnya hanya bergerak di bidang santunan anak yatim dan fakir
miskin. Karena dirasa pentingnya dunia pendidikan di lingkungan mereka,
akhirnya pada tanggal 1 Juli 1996 dengan perjuangan yang tak pernah kenal
lelah, KH Syafi’I Abdurrahman mendirikan
Madrasah Tsanawiyah Al Ma’arif Tulungagung
a.
Identitas Madrasah
Nama Madrasah : MTs.
Al Ma’arif Tulungagung
Alamat : Jalan P. Diponegoro No 28 Tulungagung
Kelurahan :
Tamanan
Kecamatan : Tulungagung
Kab/Kota : Tulungagung
Kode Pos : 66217
Tahun Berdiri : 1996
b.
Visi
Religius, Inovatif dan Kreatif
c. Misi
1.
Membentuk
perilaku berprestasi , pola piker yang kritis dan kreatif pada siswa
2.
Mengembangkan
pola pembelajaran yang inovatif dan tradisi berpikir ilmiah ala Aswaja.
3.
Menumbuhkan
sikap disiplin dan bertanggung jawab serta penghayatan dan pengalaman nilai –
nilai agama islam untuk membentuk siswa berakhlakul karimah.
Meningkatkan professional guru.
c.
Tujuan
Secara garis
besar Madrasah Tsanawiyah Al Ma’arif Ponpes Panggung Tulungagung mempunyai
tujuan-tujuan akademik sebagai berikut :
a)
Pada akhir studi agama siswa telah
memiliki landasan akidah dan keimanan yang kokoh dan kuat
b)
Pada akhir studi semua siswa fasih
dan terampil membaca Al Qur’an
c)
Pada akhir studi semua siswa telah
sadar dan ikhlas melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam beribadah kepada
Allah WT
d)
85 % lulusan Madrasah Tsanawiyah Al
Ma’arif dapat diterima pada sekolah menengah umum / kejuruan favorit.
e)
Berprestasi dalam segala bidang
d. Keadaan tenaga guru, karyawan, siswa dan sarana-prasana
Keadaan Murid Kelas :
VII : 167 anak
VIII : 165 anak
IX :
93 anak
Jumlah : 425 anak
Rombongan Belajar Kelas :
Kelas VII : 4 Kelompok
Kelas VIII :
4 Kelompok
Kelas IX : 3
Kelompok
Jumlah : 11 Kelompok
Pegawai Madrasah :
1. Kepala Madrasah : 1
Orang
2. Waka Kep.
Urusan Khusus : 4
Orang
3. Guru
Negeri : 1
Orang
4. Guru
Honorarium : 26 Orang
5. Pegwai TU
Negeri : 2
Orang
6. Pegawai
Honorer : 6
Orang
7. Satpam : 2
Orang
8. Kebersihan : 1
Orang
RUANGAN
1. Ruang Belajar : 7 Buah
Teori : -
Buah
1.
Ruang Kep.
Mad : 1 Buah
2.
Ruang Guru : 1 Buah
3.
Ruang TU : 1 Buah
4.
Ruang
Perpus : 1 Buah
5.
Ruang Lab
Bahasa : - Buah
6.
Ruang
Ketram : - Buah
7.
Ruang
Olahraga :
- Buah
8.
Ruang Aula : - Buah
9.
Mushola : 1 Buah
10.
…….. : - Buah
Jumlah :
12 Buah
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembhasan yang telah penulis
lakukan tentang upaya guru dalam pembentukan akhlaqul karimah, dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Upaya guru dalam membentuk pribadi siswa yang
berakhlakkul karimah adalah sebagai motivator yang memotivasi siswa agar mau
melaksanakan program-program madrasah yang berkaitan dengan peningkatan akhlak
dan tanpa ada paksaan. Sebagai supervisor yang memantau kegiatan keagamaan di
madrasah, bekerjasama dengan wali kelas dan semua guru. Sebagai pembimbing yang
membimbing dalam hal peningkatan akhlak siswa. Sebagai fasilitator, yang
bertugas dalam hal pemberian informasi mengenai akhlak siswa. Sebagai evaluator
yang menilai dan mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan dan
bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan kesadaran siswa dalam mengikuti
kegiatan keagamaan di madrasah.
2. Faktor yang mempengaruhi akhlak siswa ada dua bagian: Pertama, faktor-faktor
umum. Kedua, faktor-faktor khusus.
3.
Strategi dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak
karimah sebagai
berikut:
a)
Perubahan Akhlak
b)
Perbaikan Akhlak
B.
SARAN
Dalam pembentukan maupun peningkatan akhlak siswa, guru akhid
akhlak mempunyai peranan yang cukup besar. Sehingga guru akhidah akhlak sebaiknya
selalu meningkatkan kinerjanya untukmeningkatkan akhlak siswa.
C.
Kata
penutup.
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnNya
sehingga penulis dapat menyelesaiakan proposal
ini.
Penulis
menyadari segala keterbatasan serta kekurangan yang ada pada diri penulis,
sehingga penulisan proposal ini masih banyak ditemui adanya kejanggalan dan
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif
demi perbaikan proposal ini.
Penelitian
ini membutuhkan pengembangan lebih lanjut, karena itu diharapkan agar hasil
penelitian ini dapat memberi rangsangan bagi pihak pihak yang berkecimpung
dalam bidang ini untuk mengembangkan lebih jauh.
Kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal ini, penulis
mengucapkan terimakasih dan semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala
dari Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Pius A Partanto, M.Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya:
Arkola,1994)
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2009),
A.M. Mahali dan U.M. Mahali, Kode Etik Kaum Santri, (Bandung:
Mizan,1993), hlm.17.
Sumadi Suryabrata, metodologi penelitian ( Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 1998),
Hadari Nabawi, metode penelitian bidang Sosial (jogjakarta: Gajah
mada University Press, 1990)
Abdur Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi,
Misi dan aksi,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU AKHIDAH AKHLAK KELAS 8B,
BAPAK MAGHFUR S.Pd
Peneliti:
“ bagaimana upaya
Anda dalam membentuk akhlak siswa yang berakhlakul karimah?
Subjek:
“Upaya dalam meningkatkan akhlak siswa iitu mengacu pada kurikulum yang
sudah ditetapkan dalam diknas atau kemendikbud yang lebih mengedepankan kepada
aktifitas keaktifan siswa. Terlebih lagi dalam memberikan arahan dan didikan
itu lebih utama adalah dalam pembentukan mental siswa, kkarena percuma
pemberian materi yang baik, yang bagus, tapi mental siswa itu jelek, jadi akhlak itu akan mempengaruhi
dalam kehidupan sehari-hari siswa.”
Peneliti:
“apa saja yang menjadi faktor dalam pembentukan mental siswa itu sendiri?”
Subjek:
“faktor yang mempengaruhi pembentukan mental siswa iitu sendiri bisa dari
lingkungan keluarga, sekolah ataupun teman-teman siswa itu sendiri.
Peneliti:
“bagaimana strategi yang Anda lakukan dalam membangun budi pekerti yang
berakhlakul kkarimah?
Subjek:
“Strategi
yang bisa dilakukan dalam pembentukan
budi pekerti yang berakhlakul karimah antara lain dengan memberikan suri
tauladan yang baik, yaitu dalam
kesehariannya memberikan contoh yang baik kepada sisw. Contoh kecil, ketika
kita masuk kelas, siswa diharapkan masuk kelas terlebih dahulu kemudian guru
mengucapkan salam. Terlebih lagi saat pulang, siswa dianjurkan unntuk salaman
dengan guru. Apabila hal itu diberikan dan dikerjakan secara kontinue, dalam
kesehariannya mereka akan terbiasa dalam orangtuanya maupun keluarganya.
[1] Abdur Rachman
Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan aksi,(Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada,2005),hal.3
[2] A.M. Mahali
dan U.M. Mahali, Kode Etik Kaum Santri, (Bandung: Mizan,1993), hlm.17.
[3]
http://contohmakalahs.blogspot.com/2011/06/peran-guru-pendidikan-agama-islam-dalam.html
[4] Depag,RI.1986
: 36
[7]
http://ridwan202.wordpress.com/2009/05/25/guru-agam-dan-pembinaan-akhlak-siswa/
[8]http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR_PEND._BAHASA_ARAB/STRATEGI_MENINGKATKAN_AKHLAK.pdf
[9]Lexy
J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya,
2009), hal. 11
[12] Sumadi Suryabrata, metodologi penelitian ( Jakarta:
PT. Raja Grafindo, 1998), hal. 85.
[13]Hadari
Nabawi, metode penelitian bidang Sosial (jogjakarta: Gajah mada University
Press, 1990), hal. 100
No comments:
Post a Comment