Translate

Friday, December 12, 2014

proposal skripsi

UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAQUL KARIMAH  SISWA  MTS AL-MA’ARIF
 PON. PES. PANGGUNG TULUNGAGUNG
PROPOSAL SKRIPSI






Disusun Oleh :
1. AHMAD ZAKI GHUFRON       (3211113033)
2. ANDIKA HADI PRASETYO     (32111130)
3. CHOIRUL ANAM                      (3211113051)
4. EKHSANNUDIN                        (3211113063)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
JUNI 2014
UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAQUL KARIMAH  SISWA  MTS AL-MA’ARIF
 PON. PES. PANGGUNG TULUNGAGUNG
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Tulungagung Guna Menyusun Skripsi
 









Disusun Oleh :
1. AHMAD ZAKI GHUFRON       (3211113033)
2. ANDIKA HADI PRASETYO     (32111130)
3. CHOIRUL ANAM                      (3211113051)
4. EKHSANNUDIN                         (3211113063)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
JUNI 2014
UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN AKHLAQUL KARIMAH  SISWA  MTS AL-MA’ARIF
 PON. PES. PANGGUNG TULUNGAGUNG
PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh :
1. AHMAD ZAKI GHUFRON       (3211113033)
2. ANDIKA HADI PRASETYO     (32111130)
3. CHOIRUL ANAM                      (3211113051)
4. EKHSANNUDIN                         (3211113063)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
 JUNI 2014

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Skripsi dengan judul “Upaya Guru dalam Pembentukan Akhlaqul Karimah  Siswa  MTS MA’ARIF Pon. Pes. Panggung Tulungagung” yang ditulis oleh Ahmad Zaki Ghufron, Andika, Anam, dan Ekhsan  ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.




Tulungagung,  22 maret 2014
Pembimbing,


Drs. Asrof Syafi’i, M.Ag
NIP:






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam  realita pendidikan Islam yang ada di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup memuaskan. Dari yang dulu hanya diajarkan di surau-surau, mushola, masjid sekarang sudah berkembang dengan dibangun gedung-gedung untuk belajar agama islam.
Pendidikan Islam menekankan perkembangan manusia Indonesia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, sebagai warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, sasaran utama sebagai tujuan pendidikan Islam ialah menumbuhkan manusia yang dapat membangun dirinya sendiri dan masyarakatnya yang dilaksanakan dengan memberikan pendidikan yang utuh, dalam arti tidak ada dikotomi antara ilmu sains dengan ilmu agama..[1]
Diantara tujuan yang dikemukakan di atas membentuk individu yang berakhlak mulia menjadi sangat diutamakan karena dalam era globalisasi di kalangan pelajar moral (akhlak) mereka sebagian sudah tidak sesuai dengan norma-norma agama. Banyak budaya barat yang sudah masuk ke Indonesia dan langsung diterima mentah-mentah oleh para remaja,diantaranya pergaulan bebas (free sex), pemakaian narkoba, itu membuat moral (akhlak) mereka tidak sesuai dengan ciri khas bangsa Indonesia.
Oleh sebab itu, setiap muslim wajib mempelajari ilmu akhlak dan cabang-cabangnya. Ilmu akhlak merupakan ilmu yang mengatur tata kehidupan (budi pekerti) manusia dalam mengadakan kontak dengan Allah SWT dan sesama umat manusia. Ilmu akhlak membahas hal-hal terpuji dan tercela, sopan santun dan sombong, menahan diri dari perbuatan maksiat dan melampaui batas, serta terlalu pelit dan boros dalam membelajankan harta. Perbuatan tercela tidak mungkin bisa dihindari tanpa terlebih dahulu mengetahui pangkal dan penolakannya. Karenanya, setiap muslim wajib mempelajari dan mendalami penelitian perbuatan-perbuatan tercela tersebut. Dengan jalan demikian, akhlakul karimah akan bisa tertanam dalam jiwa dan hati sanubari, sehingga dapat direalisasikan dalam bentuk perbuatan nyata.[2]
Untuk membentuk akhlak generasi muda selain bimbingan dari orang tua dalam dunia pendidikan guru mempunyai peran penting untuk membantu membentuk  akhlak yang baik. Usaha Pembinaan akhlak yang dilakukan oleh guru disekolah sesungguhnya tidak lain adalah untuk mengatasi dan menanggulangi serta mencegah terjadinya kenakalan remaja dan membentuk pribadi yang berbudi pekerti yang luhur.[3]
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang peran guru dalam pembentukan akhlakul karimah siswa. Dengan lokasi penelitian di MTS AL-MA’ARIF Tulungagung, sesuai uraian dan penjelasan di atas, maka peneliti mengkaji tentang “Upaya Guru dalam Pembentukan Akhlakul karimah Siswa MTS AL-MA’ARIF TULUNGAGUNG”.

B.     Fokus Penelitian
Fokus penelitian mempunyai tujuan untuk menentukan dan menghindari suatu penelitian yang tidak mengarah. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mengemukakan fokus penelitian sebagai berikut :
1.      Bagaimana upaya guru dalam pembentukan akhlak siswa kepada guru siswa di Mts Al-Ma’arif Tulungagung?
2.      Apa saja faktor yang mempengaruhi kepribadian siswa yang berakhlakul karimah siswa di Mts Al-Ma’arif Tulungagung?
3.      Bagaimana strategi yang dilakukan guru untuk membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah di Mts Al-Ma’arif Tulungagung?

C.    Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.    Untuk mengetahui upaya guru dalam pembentukan akhlak siwa kepada guru.
2.    Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kepribadian siswa yang berakhlakul karimah.
3.    Untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru untuk membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah.
D.    Kegunaan Penelitian
1.              Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran penulis ke dalam khazanah keilmuan sehingga dapat diketahui seberapa besar peran guru dalam pembentukan  akhlakul karimah.
2.              Secara Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh:
a.       Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan, khususnya dalam hal upaya guru dalam pembentukan  akhlakul karimah.
b.      Bagi Kepala Madrasah
Hasil penelitian ini bagi Kepala Madrasah dapat digunakan sebagai acuan dan strategi dalam meningkatkan Upaya Guru Dalam Pembentukan  Akhlakul karimah.
c.       Bagi Guru  Madrasah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan kontribusi pemikiran dalam rangka upaya pembentukan  Akhlakul karimah siswa.
d.      Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah wawasan dan memberikan pengalaman yang sangat penting dan berguna sebagai calon tenaga pendidik.
E.     Penegasan Istilah
Judul skripsi ini adalah Upaya Guru dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa Di MTS AL-MA’ARIF Tulungagung. Untuk menghindari kesalahan dalam memahaminya perlu dikemukakan penegasan istilah yang terkandung didalamnya :
1.      Secara Konseptual
a.       Upaya Guru adalah upaya dan pelaksana dari sistem pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan[4]
b.      Akhlakul Karimah adalah budi pekerti atau kelakuan yang baik.
2.      Secara Operasional
Secara operasional yang dimaksud upaya guru dalam pembentukan akhlakul karimah adalah merupakan suatu gejala atau langkah pembinaan perilaku siswa yang meliputi : pembinaan perilaku kepada Guru, kepada orang tua dan kepada Lingkungan / Masyarakat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Akhlakul Karimah
Akhlakul karimah dalam pengertian luasnya ialah perilaku, perangai, ataupun adab yang didasarkan pada nilai-nilai wahyu sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW. Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit apa pun.[5]
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi 
pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di­
artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al Qalam ayat 4:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
Artinya: 
Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang 
agung
”.
Sedang­kan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah 
hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi, 
yang artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Perjalanan keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping kata akhlak itu sendiri, dan masing masing mempunyai definisi yang berbeda. Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya. Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan.[6]
B.     Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa Yang Berakhlakul Karimah
Jika kita amati beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akhlak siswa ada dua bagian: Pertama, faktor-faktor umum. Kedua, faktor-faktor khusus.
Faktor-faktor umum ialah lingkungan, baik keluarga maupun masyarakat, di antaranya adalah:
1.      Orang tua
Kedua orang tua merupakan contoh bagi anak-anaknya. Oleh karena itu baik dan buruknya seorang anak tergantung kepada pendidikan kedua orang tua, anak diibaratkan seperti kertas yang masih bersih, kalau dihitamkan ia akan menjadi hitam, kalau diputihkan ia akan menjadi putih. Hal ini pernah disinyalir oleh sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Setiap bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang dapat menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani ataupun Majusi (penyembah api) (H.R. Bukhari)”
Kemampuan dasar (fitrah) itu banyak pula jenisnya Syahminan Zaini merinci jenis-jenis fitrah itu sebagai berikut:
  1. Fitrah beragama
  2. Fitrah intelek
  3. Fitrah sosial
  4. Fitrah ekonomi
  5. Fitrah politik
  6. Fitrah seni
  7. Fitrah harga diri
  8. Fitrah kemajuan
  9. Fitrah persamaan
  10. Fitrah persatuan
  11. Fitrah kemerdekaan
  12. Fitrah keadilan
  13. Fitrah susilasosial
  14. Fitrah kawin, dan
  15. Fitrah lain-lainnya.
2.      Sekolah/madrasah
Sekolah adalah “Faktor yang paling dominan dalam   mempengaruhi akhlak siswa setelah kedua orang tua karena seolah merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk akhlak para siswanya”.
Jika kita membahas tentang kedudukan sekolah di masyarakat maka sekolahan berperan sebagai berikut:
  1. Guru merupakan wakil wali murid di dalam mendidik anaknya dari keterangan tersebut jelas bahwa sekolah tidak dapat menjalankan peranannya kalau tidak ada kerja sama antara pihak sekolah dan wali murid.
  2. Sekolah merupakan wahana untuk membentuk fitrah akhlak/agama, fitrah intelek, dan disini pula siswa cita-citanya dikembangkan dan diarahkan seoptimal mungkin.
Oleh karena itu guru tidak hanya mencerdaskan para siswanya tetapi bagaimana ia membentuk dan meningkatkan akhlak para siswa. Inilah tujuan pendidikan agama Islam yang urgen.[7]

C.    Strategi Membentuk Perilaku Yang Berakhlakul Karimah
Ibn  Miskawaih   memberikan  referensi   tentang  metodelogi  dalam melakukan pendidikan akhlak sebagai berikut:
a)      Perubahan Akhlak
Untuk  mengetahui  konsep  Ibn  Miswaih  tentang  metode  perbaikan  akhlak, sebelumnya  perlu  di  ketahui  pendapatnya  tentang  perubahan  akhlak.  Menurutnya bahwa akhlak itu ada dua macam, yakni 1) ada yang thabi’iatau alami dibawa sejak lahir,  dan  2)  ada  yang  dihasilkan  melalui  latihan  dan  kebiasaan.  Miskawaih  lebih berpendapat bahwa akhlak dapat diubah.
b)      Perbaikan Akhlak
Metode  perbaikan  akhlak  dapat  diberi  dua  pengertian;  pertama, metode mencapai  akhlak  yang  baik,  kedua metode  memperbaiki  akhlak  yang  buruk. Walaupun  demikian,  pembahasannya  disatukan  karena  antara  satu  dengan  lainya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Terdapat  beberapa  metode  yang  diajukan  Ibn  Miskawaih  dalam  mencapai akhlak yang baik sebagai berikut:
a.       Adanya  kemauan  yang  sungguh-sungguh  untuk  berlatih  terus  menerus  dan menahan diri untuk memperoleh keutamaan dan sopan santun yang sebenarnya sesuai  dengan  keutamaan  jiwa.
b.      Menjadikan  semua  pengetahuan  dan  pengalaman  orang  lain  sebagai  cermin bagi dirinya.
c.       Intropeksi/mawas diri. Metode ini mengandung pengertian kesadaran seseorang untuk berusaha mencari cacat/aib pribadi secara sungguh-sungguh.
d.      Metode oposisi. Paling tidak ada dua langkah yang perlu dilakukan untuk metode ini,  pertama mengetahui  jenis  penyakit  dan  sebabanya,  dan  kedua mengobati/menghapus penyakit tersebut dengan menghadirkan lawan-lawannya.
Dalam  konteks  pendidikan  nilai,  pendidikan  akhlak  dapat  dilakukan  dengan menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut:
a.       Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan  penanaman  nilai  (inculcation  approach)  adalah  suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: Pertama, diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh siswa;  Kedua berubahnya nilai-nilai siswa  yang tidak sesuai  dengan  nilai-nilai  sosial  yang  diinginkan.  Adapun  metode  yang  digunakan dalam  proses  pembelajaran  menurut  pendekatan  ini  antara  lain:  keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan, dan lain-lain.
b.      Pendekatan perkembangan kognitif
Pendekatan  ini  dikatakan  pendekatan  perkembangan  kognitif  karena karakteristiknya  memberikan  penekanan  pada  aspek  kognitif  dan perkembangannya.  Pendekatan  ini  mendorong  siswa  untuk  berpikir  aktif  tentang masalah-masalah  moral  dan  dalam  membuat  keputusan-keputusan  moral. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi.
c.       Pendekatan analisis nilai
Pendekatan analisis nilai  (values analysis approach)  memberikan penekanan pada  perkembangan  kemampuan  siswa  untuk  berpikir  logis,  dengan  cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial.
d.      Pendekatan klarifikasi nilai
Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) memberi penekanan pada  usaha  membantu  siswa  dalam  mengkaji  perasaan  dan  perbuatannya  sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri.
Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga.  Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain;  Kedua, membantu siswa, supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka  dan  jujur  dengan  orang  lain,  berhubungan  dengan  nilai-nilainya  sendiri; Ketiga,  membantu  siswa,  supaya  mereka  mampu  menggunakan  secara  bersamasama  kemampuan  berpikir  rasional  dan  kesadaran  emosional,  untuk  memahami perasaan,  nilai-nilai,  dan  pola  tingkah laku  mereka sendiri.[8]
























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1.      Jenis Penelitian
Berdasarkan jenisnya, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. "Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh obyek penelitian dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah."[9]
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subyek yang berupa individu, organisasional atau perspektif yang lain. Adapun tujuannya adalah untuk menjelaskan aspek yang sesuai dengan fenomena yang diamati dan menjelaskan karakteristik fenomena/masalah yang ada.
Dengan adanya jenis penelitian tersebut di atas, menunjukkkan bahwa penelitian yang dilakukan dalam karya ini tergolong penelitian kualitatif, maka yang ingin diketahui adalah tentang Upaya Guru dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa.

2.      Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTS AL-MA’ARIF  Kecamatan: Karangwaru, Kabupaten: Tulungagung.
Penentuan lokasi penelitian ini karena MTs Al Ma’rif merupakan salah satu Madrasah yang telah lama berdiri serta memiliki banyak siswa dan terlihat maju di bandingkan lainnya. Sehingga peneliti mempunyai inisiatif untuk melakukan penelitian guna mengamati dan meneliti peran guru dalam membentuk akhlak siswa-siswa dan juga guna peningkatan kualitas pendidikan yang ada di Madrasah tersebut, terutama tentang pendidikan Akhlakul karimah dan teladan guru terhadap siswa dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

3.      Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dilapangan merupakan sebagai instrumen kunci penelitian mutlak diperlukan, karena terkait dengan penelitian yang telah dipilih yaitu penelitian dengan pendekatan kualitatif. Sehingga mengadakan penelitian yang dilakukan peneliti bertindak sebagai observer, pengumpul data, penganalisis data dan sekaligus sebagai pelapor hasil penelitian. "Dalam melakukan penelitian ini kedudukan peneliti adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian."[10]
Peneliti hadir di tempat penelitian harus bersikap seperti orang yang biasa yang tidak mengetahui apa yang ada dalam lokasi penelitian. Sehingga dengan sikap kesederhanaan dan rasa ingin tahu dari peneliti dapat diperoleh secara maksimal. Dengan demikian informan akan lebih maksimal dalam memberikan informasi tentang keadaan lokasi yang akan kita teliti.

4.      Sumber Data
Data merupakan sumber yang paling penting untuk menyingkap suatu permasalahan yang ada, dan data jugalah yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian atau mengisi hipotesis yang sudah dirumuskan. Dalam melakukan penelitian ini data-data yang diperlukan diperoleh dari dua sumber yaitu:
a.       Data Primer
"Data primer adalah data yang bersumber dari informan yang mengetahui secara jelas dan rinci mengenai masalah yang diteliti. Sedangkan informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi yang dijadikan obyek penelitian."[11]
Data primer ini bisa dikatakan sebagai data yang bersumber dari manusia. Dalam pengambilan data primer peneliti dapat menggunakan perekam suara atau menulis hasil jawaban dari informan dalam wawancara. Dimana hasil wawancara dikumpulkan dari berbagai pihak yang kemudian di simpulkan oleh peneliti.
Dari data yang sudah didapatkan peneliti diharapkan untuk selalu mengadakan analisis secara maksimal dan teliti guna mengantisipasi adanya kebohongan dalam pengungkapan data dari informan. Dalam hal ini peneliti harus memilih informan yang sangat bertanggung jawab dalam mengungkap data yang sebenarnya.
Data primer ini memang sangatlah penting dalam metode kualitatif, karena penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersumber dari wawancara dengan informan. Selain dari informan peneliti kualitatif harus terjun ke lokasi penelitian untuk mengetahui situasi dan kondisi yang akan diteliti.  Dari data primer inilah peneliti diharapkan mencermati apa yang harus didapatkan dan di analisis dengan data pendukung lainnya guna mendapatkan hasil yang baik dan sempurna.
b.      Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber kedua atau dari instansi seperti dokumen hasil belajar siswa baik dalam bentuk laporan maupun data sekunder lainnya atau dari teks book. Sumber data juga menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan alat penelitian. Dalam pengertian lain data sekunder memiliki pengertian " data yang tersusun dalam bentuk dokumen- dokumen."[12]
Data sekunder ini dapat diperoleh peneliti dengan pengumpulan data dari arsip-arsip yang ada di lokasi penelitian baik arsip tentang data siswa, data guru dan karyawan, data profil sekolah, maupun data skripsi apabila sekolah yang diteliti  sudah pernah diteliti. Dengan data tersebut diharapkan peneliti dapat memperoleh hasil pendukung dari data primer secara maksimal. Walaupun data tersebut sudah peneliti dapatkan, peneliti seharusnya memberikan inovasi terbaru dalam penyusunan dan hasilnya. Sehingga dalam hasil laporan penelitian dapat memberikan suasana baru terhadap lokasi penelitian, akan tetapi semua ini tidak menyimpang dari data-data yang asli. Seperti sejarah lokasi penelitian, format data guru dan karyawan, dan lainya.

5.      Prosedur Pengumpulan Data
Agar diperoleh data yang valid dalam kegiatan penelitian ini maka perlu ditentukan teknik-teknik dalam pengumpulan data yang sesuai dan sistematis. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik-teknik sebagai berikut:
a.       Teknik Pengamatan (Observasi)
Pengamatan (observasi) biasa diartikan sebagai ”pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian."[13] Gejala-gejala yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan Upaya guru dalam pembentukan ahlakul karimah siswa di obyek studi. Dari pengamatan inilah peneliti akan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang muncul dipermukaan, baik didalam bentuk-bentuk kegiatan maupun hal-hal yang bersifat pembinaan.
Beberapa manfaat penggunaan teknik pengamatan (observasi) dalam penelitian kualitatif. Diantaranya ialah:
a.       Teknik pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Dengan pengalaman langsung ini, maka peneliti dapat melihat secara langsung lokasi yang diteliti sehingga dapat menjadi pengalaman peneliti yang sangat baik atas kejadian dan gejala yang dialami pada saat penelitian.
b.      Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Pencatatan data dari informan dilokasi dapat membiasakan diri peneliti untuk menjadi seorang yang cermat dan tanggap dalam menyimpulkan dan mendiskripsikan hasil catatannya tersebut menjadi sebuah karya yang baik.
c.       Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan yang proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
d.      Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang dijaringnya itu ada yang melenceng. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan. Dengan pengamatan itu peneliti akan mendapatkan kemantapan hati dalam penelitian karena dilaksanakan secara langsung. Sehingga data yang didapat sangat releven.
e.       Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks. Dari pemahaman peneliti pada situasi rumit dapat memecahkan fikiran peneliti untuk selalu mencari jalan atau solusi pemecahan masalah tersebut. Sehingga dengan pengalaman tersebut peneliti dapat membiasakan berfikir dan dapat menyelesaiakan tugas rumit yang peneliti hadapi.
"Dalam kasus-kasus tertentu, teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan akan menjadi alat yang bermanfaat."[14] Berdasarkan pendapat di atas akan memperkuat kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif yang dikatakan sebagai alat (instrument) penelitian, dimana peneliti tidak hanya mengamati dan mencatat data yang direncanakan sebelumnya akan tetapi data lain yang mucul kepermukaan dapat dijaring untuk kepentingan penelitian ini. Dalam hal ini tentunya peneliti dapat menemukan cara atau metode yang tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut.

  1. Teknik Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan teknik yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data melalui dialog (Tanya jawab) secara lisan, Interview sebagai " proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik yang satu menghadap orang lain dan mendengarkan dengan suara sendiri tampaknya merupakan alat pengumpul data (informasi) yang langsung tentang beberapa jenis."[15] Dalam teknik wawancara ini peneliti diharapkan untuk menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang metode/teknik mengajar dan kegiatan apa yang dilakukan ustadz dalam membentuk akhlakul karimah siswa. Wawancara harus dilakukan oleh peneliti kepada informan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, Seperti kepala Madrasah, orang tua dan guru serta siswa.
c.       Teknik Dokumentasi
Adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara meneliti terhadap buku-buku, catatan-catatan, arsip-arsip tentang suatu masalah yang ada hubungannya dengan hal-hal yang akan diteliti.”Teknik dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya."[16]
Teknik dokumentasi ini merupakan teknik pendukung dari data primer yang diperoleh dengan wawancara. Dengan data yang didapatkan dengan teknik dokumentasi maka peneliti akan mendapatkan pembanding untuk dianalisa lebih lanjut. Karena antara wawancara dan dokumen biasanya ada kesenjangan atau perbedaan. Sehingga dengan perbandingan ini peneliti dapat menyelaraskan dengan cara menggabungkan dari data dokumen dan wawancara dengan baik.
Dengan demikian teknik ini dipakai untuk memperoleh data tentang peran guru dalam pembentukan akhlakul karimah siswa.
6.      Teknik Analisis Data
Analisis data adalah "proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam  suatu  pola, kategori, dan satuan uraian dasar."[17] Dalam suatu penelitian analisis adalah merupakan bagian yang sangat penting, karena merupakan garis besar dari hasil penelitian yang datanya dapat disajikan dan dapat diambil kesimpulan dari tujuan akhir penelitian. Proses analisis data dapat dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dengan catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, dan lain-lain.
Sedangkan interpretasi data adalah memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pula uraian dan mencari hubungan antara dimensi-dimensi uraian. Oleh karena penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif serta data yang terkumpulkan juga berbentuk kualitatif, maka dalam menganalisis data juga dilakukan secara kualitatif pula (deskriptif kualitatif). Yakni digambarkan dengan kata-kata/kalimat dipisah-pisah menurut kategori data penelitian guna mendapatkan suatu kesimpulan. Gambaran dengan kata-kata kalimat dilakukan dengan cara pemaparan data sebagai salah satu penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses lapangan bersamaan dengan pengumpulan data.
1.      Analisis sebelum di lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama dilapangan. Data analisis sebelum dilapangan ini dilakukan sebagai planing dalam penelitian yang akan dilakukan. Sehingga dalam penelitian nanti peneliti dapat memperoleh data sesuai yang diharapkan.
2.      Analisis data di lapangan
Setelah data selesai dikumpulkan dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah penuh.
Tahapan penelitian kualitatif dimulai dengan menetapkan informan kunci yang dapat memberikan keterangan kepada peneliti atas masalah yang sedang diteliti. Setelah itu peneliti melakukan wawancara kepada informan tersebut, dan mencatat hasil wawancara. Setelah itu perhatian pada obyek penelitian dan memulai mengajukan pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis terhadap hasil wawancara dengan mengambil kesimpulan sesuai yang diinginkan peneliti.

7.        Pengecekan Keabsahan temuan 
Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. ”Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).”[18] Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri.
Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan datanya dilakukan dengan teknik trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Diantara data yang lain adalah melalui wawancara kepada informan. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung peneliti akan menggunakan beberapa kriteria pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik pemeriksaan sebagaimana yang telah tersebut di atas, untuk membuktikan kepastian data. Yaitu dengan kehadiran peneliti sebagai instrumen itu sendiri, mencari tema atau penjelasan pembanding atau penyaing, membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, mengadakan wawancara beberapa orang yang berbeda, menyediakan data deskriptif secukupnya dan diskusi dengan teman-teman sejawat.
F.     Tahap-tahap Penelitian
Secara umum prosedur penelitan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dibedakan dalam 2 tahap yaitu tahap pendahuluan (pra-tindakan) dan tahap tindakan. Penelitian ini juga dilaksanakan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Rincian tahap-tahap pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Tahap Pra Tindakan
Penelitian ini dimulai dengan tindakan pendahuluan atau refleksi awal. Pada refleksi awal kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1)      Melakukan dialog dengan kepala sekolah tentang penelitian yang akan dilakukan.
2)      Melakukan dialog dengan guru bidang studi akhidah akhlak
3)      Menentukan sumber data.
4)      Menentukan subyek penelitian.
5)      Menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review.
6)      Membuat soal tes awal.
7)      Melakukan tes awal.
b.      Tahap Pelaksanaan Tindakan
a)      Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menyusun rancangan dari siklus per siklus. Setiap siklus direncanakan secara matang, dari segi kegiatan, waktu, tenaga, material, dan dana. Hal-hal yang direncanakan di antaranya terkait dengan pembuatan rancangan pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, menyiapkan materi yang akan disajikan, menyiapkan metode untuk memperlancar proses pembelajaran, membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas ketika metode diskusi diterapkan, serta mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.
b)      Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan yang dimaksudkan adalah melaksanakan pembelajaran PAI. Rencana tindakan dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1)      Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran.
2)      Mengadakan tes awal.
3)      Pada akhir pembelajaran dilakukan evaluasi (soal sesuai dengan kemampuan dasar yang terdapat direncanakan di pembelajaran).
4)      Melakukan analisis data.
c)      Observasi
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Pada saat melakukan pengamatan yang diamati adalah sikap peserta didik dalam menerima materi pelajaran serta mempraktikkannya selama pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mencatat apa yang terjadi di dalam kelas, perilaku peserta didik di dalam kelas, mengamati apa yang terjadi di dalam proses pembelajaran, mencatat hal-hal atau peristiwa yang terjadi di dalam kelas.
d)     Refleksi
Tahap ini merupakan tahapan dimana peneliti melakukan intropeksi diri terhadap tindakan pembelajaran dan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi inilah suatu perbaikan tindakan selanjutnya di tentukan. Kegiatan dalam tahap ini adalah:
1)      Menganalisa hasil pekerjaan peserta didik.
2)      Menganalisa hasil wawancara.
3)      Menganalisa hasil angket peserta didik.
4)      Menganalisa lembar observasi peserta didik.
5)      Menganalisa lembar observasi penelitian.
Dari hasil analisa tersebut, peneliti melakukan refleksi yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah kriteria yang telah di tetapkan tercapai atau belum. Jika sudah tercapai dan telah berhasil maka siklus tindakan berhenti. Tetapi sebaliknya jika belum berhasil pada siklus tindakan tersebut, maka peneliti mengulang siklus tindakan dengan memperbaiki kinerja pembelajaran pada tindakan berikutnya sampai berhasil sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan

G.    Sistematika Pembahasan
Di dalam skripsi ini di susun lima bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa sub atau bagian dan sebelum memakai bab pertama, lebih dahulu penulis sajikan beberapa bagian permulaan, sistematikanya meliputi : halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan.

Bagian isi terdiri dari:
Bab I: Pendahuluan, terdiri dari: (a) latar belakang masalah, (b) fokus penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) kegunaan penelitian, (e) penegasan istilah , (f) sistematika pembahasan .
Bab II: Kajian pustaka, terdiri dari: (a), upaya guru dalam pembentukan akhlak siswa kepada guru (b), faktor yang mempengaruhi kepribadian siswa yang berakhlakul karimah (c), strategi yang dilakukan guru untuk membentuk pribadi siswa yang berakhlakul karimah
Bab III: Metode Penelitian,terdiri dari: (a) pendekatan dan jenis penelitin, (b) lokasi penelitian, (c) kehadiran peneliti, (d) sumber data, (e) prosedur pengumpulan data,  (f) tekhnik analisis data, (g) pengecekan keabsahan temuan,  (h) tahap-tahap penelitian.
Bab IV: Paparan hasil penelitian, terdiri dari: (a) paparan data, (b) temuan penelitian.
Bab V: Penutup, terdiri dari: (a) kesimpulan, (b) saran.
Bagian akhir, terdiri dari: (a) daftar rujukan, (b) lampiran-lampiran, (c) surat pernyataan keaslian, (d) daftar riwayat hidup.













BAB IV
HASIL PENELITIAN

·      DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
Dalam deskripsi obyek penelitian tentang MTS AL MA’ARIF Tulungagung, antara lain mencakup sejarah berdiri dan profil MTs.  Al Ma’arif  Tulungagung, visi, misi,tujuan, keadaan tenaga guru, karyawan, siswa dan sarana-prasana MTS Al Ma’arif Tulungagung
1. Sejarah Berdirinya MTS AL MA’ARIF Tulungagung
Bermula dari kesadaran tokoh masyarakat dan tokoh pendidikan setempat, direalisasikan berdirinya madrasah ini yang diawali dengan pendirian Yayasan Raden Ja’far hodiq yang awalnya hanya bergerak di bidang santunan anak yatim dan fakir miskin. Karena dirasa pentingnya dunia pendidikan di lingkungan mereka, akhirnya pada tanggal 1 Juli 1996 dengan perjuangan yang tak pernah kenal lelah, KH Syafi’I Abdurrahman  mendirikan Madrasah Tsanawiyah Al Ma’arif Tulungagung
a.  Identitas Madrasah
Nama Madrasah   : MTs.  Al Ma’arif  Tulungagung
Alamat                 : Jalan  P. Diponegoro No 28 Tulungagung
Kelurahan                        : Tamanan
Kecamatan                       : Tulungagung
Kab/Kota              : Tulungagung
Kode Pos              : 66217
Tahun Berdiri       : 1996
b. Visi
       Religius, Inovatif dan Kreatif
c.  Misi
1.   Membentuk perilaku berprestasi , pola piker yang kritis dan kreatif pada siswa
2.   Mengembangkan pola pembelajaran yang inovatif dan tradisi berpikir ilmiah ala Aswaja.
3.   Menumbuhkan sikap disiplin dan bertanggung jawab serta penghayatan dan pengalaman nilai – nilai agama islam untuk membentuk siswa berakhlakul karimah.
Meningkatkan professional guru.
c.       Tujuan
Secara garis besar Madrasah Tsanawiyah Al Ma’arif Ponpes Panggung Tulungagung mempunyai tujuan-tujuan akademik sebagai berikut :
a)      Pada akhir studi agama siswa telah memiliki landasan akidah dan keimanan yang kokoh dan kuat
b)      Pada akhir studi semua siswa fasih dan terampil membaca Al Qur’an
c)      Pada akhir studi semua siswa telah sadar dan ikhlas melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah WT
d)      85 % lulusan Madrasah Tsanawiyah Al Ma’arif dapat diterima pada sekolah menengah umum / kejuruan favorit.
e)      Berprestasi dalam segala bidang
d.      Keadaan tenaga guru, karyawan, siswa dan sarana-prasana
Keadaan Murid Kelas  :
VII       :  167    anak
VIII      :  165    anak
 IX       :    93    anak
Jumlah :  425    anak
Rombongan Belajar Kelas     :
Kelas  VII          :   4  Kelompok
Kelas  VIII         :   4  Kelompok
Kelas  IX            :   3  Kelompok
Jumlah               :  11 Kelompok
Pegawai Madrasah                 :
1.   Kepala Madrasah                     :  1  Orang
2.   Waka Kep. Urusan Khusus      :  4  Orang
3.   Guru Negeri                             :  1  Orang
4.   Guru Honorarium                    :  26 Orang
5.   Pegwai TU Negeri                    :   2  Orang
6.   Pegawai Honorer                     :   6   Orang
7.   Satpam                                     :   2  Orang 
8.   Kebersihan                              :   1   Orang

RUANGAN                         
1.   Ruang Belajar                          :   7 Buah
      Teori                                        :  -   Buah
1.      Ruang Kep. Mad                      :  1  Buah
2.      Ruang Guru                             :  1  Buah
3.      Ruang TU                                :  1  Buah
4.      Ruang Perpus                           :  1  Buah
5.      Ruang Lab Bahasa                   :  -  Buah
6.      Ruang Ketram                          :  -  Buah
7.      Ruang Olahraga                                   :  -  Buah
8.      Ruang Aula                              :  -  Buah
9.      Mushola                                   :  1 Buah
10.  ……..                                       :  -  Buah
Jumlah                                     : 12 Buah



BAB V
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembhasan yang telah penulis lakukan tentang upaya guru dalam pembentukan akhlaqul karimah, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.   Upaya guru dalam membentuk pribadi siswa yang berakhlakkul karimah adalah sebagai motivator yang memotivasi siswa agar mau melaksanakan program-program madrasah yang berkaitan dengan peningkatan akhlak dan tanpa ada paksaan. Sebagai supervisor yang memantau kegiatan keagamaan di madrasah, bekerjasama dengan wali kelas dan semua guru. Sebagai pembimbing yang membimbing dalam hal peningkatan akhlak siswa. Sebagai fasilitator, yang bertugas dalam hal pemberian informasi mengenai akhlak siswa. Sebagai evaluator yang menilai dan mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan dan bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan kesadaran siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan di madrasah.
2.   Faktor yang mempengaruhi akhlak siswa ada dua bagian: Pertama, faktor-faktor umum. Kedua, faktor-faktor khusus.
3.   Strategi dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak karimah sebagai berikut:
a)   Perubahan Akhlak
b)   Perbaikan Akhlak
B.     SARAN
Dalam pembentukan maupun peningkatan akhlak siswa, guru akhid akhlak mempunyai peranan yang cukup besar. Sehingga guru akhidah akhlak sebaiknya selalu meningkatkan kinerjanya untukmeningkatkan akhlak siswa.


C.     Kata penutup.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahnNya sehingga penulis dapat menyelesaiakan proposal  ini.
Penulis menyadari segala keterbatasan serta kekurangan yang ada pada diri penulis, sehingga penulisan proposal ini masih banyak ditemui adanya kejanggalan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan proposal ini.
Penelitian ini membutuhkan pengembangan lebih lanjut, karena itu diharapkan agar hasil penelitian ini dapat memberi rangsangan bagi pihak pihak yang berkecimpung dalam bidang ini untuk mengembangkan lebih jauh.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian proposal ini, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala dari Allah SWT.









DAFTAR PUSTAKA
Pius A Partanto, M.Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,1994)
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009),
A.M. Mahali dan U.M. Mahali, Kode Etik Kaum Santri, (Bandung: Mizan,1993), hlm.17.
Sumadi Suryabrata, metodologi penelitian ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998),
Hadari Nabawi, metode penelitian bidang Sosial (jogjakarta: Gajah mada University Press, 1990)
Abdur Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan aksi,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005)







LAMPIRAN-LAMPIRAN
A.    HASIL WAWANCARA DENGAN GURU AKHIDAH AKHLAK KELAS 8B, BAPAK MAGHFUR S.Pd

Peneliti:
bagaimana upaya Anda dalam membentuk akhlak siswa yang berakhlakul karimah?

Subjek:
“Upaya dalam meningkatkan akhlak siswa iitu mengacu pada kurikulum yang sudah ditetapkan dalam diknas atau kemendikbud yang lebih mengedepankan kepada aktifitas keaktifan siswa. Terlebih lagi dalam memberikan arahan dan didikan itu lebih utama adalah dalam pembentukan mental siswa, kkarena percuma pemberian materi yang baik, yang bagus, tapi mental siswa itu  jelek, jadi akhlak itu akan mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari siswa.”

Peneliti:
“apa saja yang menjadi faktor dalam pembentukan mental siswa itu sendiri?”

Subjek:
“faktor yang mempengaruhi pembentukan mental siswa iitu sendiri bisa dari lingkungan keluarga, sekolah ataupun teman-teman siswa itu sendiri.

Peneliti:
“bagaimana strategi yang Anda lakukan dalam membangun budi pekerti yang berakhlakul kkarimah?

Subjek:
“Strategi yang  bisa dilakukan dalam pembentukan budi pekerti yang berakhlakul karimah antara lain dengan memberikan suri tauladan yang baik,  yaitu dalam kesehariannya memberikan contoh yang baik kepada sisw. Contoh kecil, ketika kita masuk kelas, siswa diharapkan masuk kelas terlebih dahulu kemudian guru mengucapkan salam. Terlebih lagi saat pulang, siswa dianjurkan unntuk salaman dengan guru. Apabila hal itu diberikan dan dikerjakan secara kontinue, dalam kesehariannya mereka akan terbiasa dalam orangtuanya maupun keluarganya.
















[1] Abdur Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan aksi,(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2005),hal.3
[2] A.M. Mahali dan U.M. Mahali, Kode Etik Kaum Santri, (Bandung: Mizan,1993), hlm.17.
[3] http://contohmakalahs.blogspot.com/2011/06/peran-guru-pendidikan-agama-islam-dalam.html
[4] Depag,RI.1986 : 36
[7] http://ridwan202.wordpress.com/2009/05/25/guru-agam-dan-pembinaan-akhlak-siswa/
[8]http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR_PEND._BAHASA_ARAB/STRATEGI_MENINGKATKAN_AKHLAK.pdf
[9]Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 11
[10]Ibid, hal. 3
[11]Lexi j. Moleong, Op. Cit, hal.112
[12] Sumadi Suryabrata, metodologi penelitian ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998), hal. 85.
[13]Hadari Nabawi, metode penelitian bidang Sosial (jogjakarta: Gajah mada University Press, 1990), hal. 100
[14]Lexy j. Moleong, Op.Cit, hal.125-126
[15]Ibid., hal. 104
[16]Suharsimi Arikunto.Op.Cit, hal. 188
[17]Ibid. hal. 103
[18]Lexy j. Moleong, Op.Cit, hlm.324

No comments:

Post a Comment