BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian budaya
Edward B. Tylor mengatakan bahwa budaya adalah suatu keseluruhan yang
kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat,
serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat.[2]
Kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
Kebudayaan mempunyai tiga wujud, yaitu:
a.
Ideas, yaitu suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan dan sebagainya.
b.
Activities, yaitu suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat, dengan kata
lain wujud ini adalah sistem sosial. Sistem sosial terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu
dengan yang lainnya.
c.
Artifact, yaitu wujud berupa benda-benda hasil karya manusia.[3]
Menurut Ndhara fungsi
budaya yaitu :
1.
Identitas dan citra masyarakat, seperti sejarah, kondisi geografis.
2.
Pengikat dalam masyarakat, saling berbagi informasi, tolong monolong, dll.
3.
Sumber budaya sebagai sumber inspirasi, kebanggaan dan suatu
sumber daya.
4.
Kemampuan untuk membentuk nilai tambah.
5.
Pola prilaku, berisi norma-norma dan garis batas toleransi social
6.
Pengganti formalisasi.
7.
Budaya sebagai warisan mekanisme
adaptasi terhadap budaya.
8.
Proses bangsa konkruen dengan negara sehingga terbentuk natioan state.
2.
Pengertian Organisasi
Kata organisasi berasal dari bahasa Inggris Organization, yang berarti hal
yang mengatur atau menyusun bagian-bagian yang berhubungan satu sama lain, yang
tiap-tiap bagian mempunyai fungsi tersendiri sesuai kapasitasnya. [4]
Sulistyorini mengutip definisi organisasi dari beberapa tokoh, seperti
James D. Money, mengatakan organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai satu tujuan bersama, sedangkan menurut Roolp Currier Davis,
organisasi adalah sesuatu kelompok orang-orang yang sedang bekerja kearah
tujuan bersama di bawah kepemimpinan. Dengan demikian, organisasi dapat
dipahami sebagai struktur hubungan antar pribadi.[5]
Jadi, secara sederhana organisasi
adalah suatu wadah atau setiap bentuk perserikatan kerjasama manusia yang
didalamnya terdapat struktur organisasi, pembagian tugas, hak dan tanggung
jawab untuk mencapai suatu tujuan bersama. Dari pengertian ini, maka dapat
ditentukan beberapa unsur suatu organisasi akan terbentuk, unsur-unsur tersebut
antara lain:
a. Sekelompok orang dimana
dari orang-orang tersebut ada yang bertindak sebagai pemimpin dan dipimpin.
b. Kerjasama dengan
orang-orang yang berserikat, dengan adanya kerjasama antara orang- orang yang
berserikat tersebut, maka tentu ada pula pembagian tugas (wewenang), tanggung
jawab, struktur organisasi, aturan-aturan asas atau prinsip yang mengatur
kerjasama tersebut.
c. Tujuan bersama hendak
dicapai, tujuan ini merupakan kesepakatan dari orang yang berserikat tersebut
yang akhirnya dikenal dengan istilah tujuan organisasi.
3. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi memilki makna yang luas. Menurut Luthans , budaya
organisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai organisasi akan berprilaku
sesuai dengan budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkungannya .
Budaya organisasi dapat dipandang sebagai sebuah sistem. Ia mengutip dari
bukunya Mc Namara yang mengemukakan bahwa dilihat dari sisi input, budaya
organisasi mencakup umpan balik (feed back) dari masyarakat, profesi, hukum,
kompetisi dan sebagainya. Sedangkan dilihat dari proses, budaya organisasi
mengacu kepada asumsi, nilai dan norma, misalnya nilai tentang : uang, waktu,
manusia, fasilitas dan ruang. Sementara dilihat dari out-put, berhubungan
dengan pengaruh budaya organisasi terhadap perilaku organisasi, teknologi, strategi,
image, produk dan sebagainya. Budaya organisasi sebagai sistem, banyak terdapat
dalam organisasi pendidikan.[6]
Dengandemikiandapatdisimpulkanbahwabudayaorganisasiadalah
4.
Karakteristik Budaya Organisasi
Riset terbaru mengemukakan tujuh karakteristik primer berikut yang
mencerminan hakikat budaya suatu organisasi.
a.
Inovasi dan pengambilan resiko.
b.
Perhatian ke rincian.
c.
Orientasi hasil.
d.
Orientasi orang.
e.
Orientasi tim.
f.
Keagresifan.
g.
Kemantapan.
Tiap karakteristik ini berlangsung pada kontinum dari rendah ke tinggi.
Maka, dengan menilai organisasi itu bedasarkan tujuah karakteristik ini, akan
diperoleh gambaran majemuk dari budaya organisasi itu sendiri. Gambaran ini
menjadi dasar untuk pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai
organisasi itu, bagaimana urusan diselesaikan di dalamnya, dan perilaku apa
yang seharusnya dilakukan oleh para anggotanya.[7]
B.
Arti Penting Budaya Organisasi bagi Lembaga Pendidikan
Islam
Arti penting budaya organisasi, yaitu:
1.
Budaya dalam suatu organisasi tentu akan
melakukan beberapa fungsi.
2.
Budaya mempunyai suatu peran dalam menetapkan
tapal.
3.
Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota
organisasi.
4.
Budaya mempermudah tibulnya komitmen pada suatu
yang lebih luas daripada kepentingan diri individual sesorang.
5.
Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial.[8]
C.
Sejarah Terbentuknya Budaya Organisasi
Organisasi terbentuk akibat dari peran serta subjek dan objek budaya, dalam
arti perlu campur tangan dari pelaku-pelaku budaya, sehingga terbentuk dan
mempunyai karakteristik budaya sendiri (BO). BO digunakan sebagai alat
organisasi dalam menjalankan visi dan misinya dengan lingkungannya. Dalam
melakukan interaksi dengan lingkungannya ini akn terjadi atau akan muncul Budaya
Sebagai Infut (BSI), proses interaksi budaya dan Budaya Sebagai Output (BSO).
Budaya organisasi (organizational culture) jika diaplikasikan pada
lingkungan menajemen organisasi, lahirlah konsep budaya manajemen (BM). Lebih
spesifik lagi, jika BO diaplikasikan pada lingkungan manajemen organisasi
sekolah, maka lahirlah konsep budaya manajemen (BM) sekolah.
Budayaorganisasi terbentuk melalui tahap-tahap sosialisasi secara
sistematis sebagai berikut :
1.
Tahap kedatangan
Kurun waktu pembelajaran dalam proses sosialisasi yang terjadi sebelum
seorang anggota (civitas) baru bergabung dengan organisasi itu. Mereka datang
dengan serangkaian nilai, sikap dan perilaku yang telah dimiliki sebelumnya.
Disinalah muncul heteroginitas budaya.Disampingituanggota-anggotabarutersebutmulaibelajarmengenalbersamanilai-nilai
yang dianutbersamadalamorganisasi.
2.
Tahap orientasi
Tahap dalam proses sosialisasi dimana seorang anggota (civitas) baru
menaksirkan seperti apa sebenarnya organisasi itu dan menghadapi kemungkinan
bahwa harapan dan kenyataan dapat berbeda. Pada tahap ini, sering terjadi konflik antara persepsi semula dengan realitas
yang mereka temukan pada organisasi yang baru mereka masuki. Mereka dituntut
untuk menyelesaikan berbagai problem tersebut selama masa orientasi
berlangsung.
Dalam tahap orientasi ini peran seorang pemimpin benar-benar penting, yaitu dengan gaya dan perilakunya yang bias menciptakan nilai-nilai, aturan-aturan yang dipahami dan disepakati bersama serta mampu mempengaruhi dan mengatur perilaku individu di dalamnya.
3.
Tahap metamorfosis
Tahap dalam proses sosialisasi di mana seorang anggota (civitas) baru
menyesuaikan diri pada norma dan nilai kelompok kerjanya. Mereka sudah bisa
menghayati dan menerima norma-norma organisasi dan kelompok kerja mereka.
Disinilah suatu organisasi akan menerima hasil dari proses sosialisasi yang
berupa produktivitas, komitmen dan perputaran.
Setelah suatu budaya terbentuk, para anggota dan segala praktik-praktik di
dalam organisasi tersebut bertindak untuk mempertahankannya dengan memberikan
kepada para anggotanya seperangkat pengalaman yang berisi penghargaan (reward)
dan hukuman (punishment). Proses seleksi, criteria evaluasi kerja,
praktek ganjaran keefektifan dan pengembang karier, dan prosedur promosi
memastikan bahwa mereka yang dipekerjakan cocok dalam bidang itu, mengimbali
mereka yang mendukungnya, dan menghukum (dan bahkan memecat) mereka yang
menentangnya. Tiga kekuatan memainkan peranan sangat penting dalam
mempertahankan suatu budaya : praktek seleksi sebagai pintu masuk para anggota
baru, tindakan manajemen puncak sebagai pemegang kendali dalam mewujudkan
budaya organisasi, dan metode sosialisasi sebagai sarana perwujudan komitmen
para anggota, produktivitas kerja anggota dan perputaran kerja (komunitas).[9]
D.
Fungsi dan Tujuan Budaya Organisasi
1.
Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Anthony dan Govindarajan, ada empat fungsi budaya organisasi:
a.
Memberikan suatu identitas organisasinal kepada para angota organisasi.
b.
Memfasilitasi atau memudahkan komitmen kolektif.
c.
Meningkatkan stabilitas sistem sosial.
d. Membentuk prilaku dengan membantu anggota-anggota
organisasi memilki sense terhadap sekitarnya.[10]
2.
Tujuan Budaya Organisasi
Dalam buku yang disunting oleh Sulistyorini, Edgar H. Schein menjelaskan
enam tujuan organisasi, yaitu:
a.
Observed behavioral reguralities, yaitu keberaturan cara bertindak dari
para anggota yang tampak teramati.
b.
Norms, yaitu berbagai standar perilaku yang ada, termasuk didalamnya
tentang pedoman sejauh mana suatu pekerjaan harus di lakukan.
c.
Dominant values, yaitu adanya nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh
seluruh anggota organisasi.
d.
Philosophy, yaitu adanya kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan keyakinan
organisasi dalam memperlakukan pelanggan dan karyawan.
e.
Rules, yaitu adanya pedoman yang ketat, dikaitkan dengan kemajuan
organisasi. Organization climate, merupakan perasaan keseluruhan yang
tergambarkan dan disampaikan melalui kondisi dan tata ruang, cara berinteraksi
para anggota organisasi dan cara anggota organisasi memperlakukan dirinya dan
pelanggan atau orang lain.[11]
[2] Ibid.
[3]http://nadirkiki.blogspot.com/p/budaya-organisasi-lembaga-pendidikan-islam.html di unduh
pada tanggal 8 april 2013 jam 18:24.
[5] Sulistiyorini, ibid, h. 178.
[6] Ibid.
[7]http://nadirkiki.blogspot.com/p/budaya-organisasi -pendidikan-islam.html di unduh
pada tanggal 8 april 2013 jam 18:24.
[8]Sulistiyorini, ibid, 181-182.
[9]Sulistiyorini,
ibid, h. 184-186.
[10]http,
ibid.
No comments:
Post a Comment